Sejak usia SD, aku sudah bergelut dengan puisi, awalnya hanya mengikuti lomba-lomba pembacaan puisi, namun menginjak usia remaja bertambah kesukaan tuk menuliskan puisi sendiri. Namun waktu itu masih untuk konsumsi pribadi.
Kemudian aku kenal dengan media sosial facebook, makin menjadi saja kesukaanku menulis puisi. Bila teman-teman menulis status dengan candaan atau curahan hati, maka aku menuliskan beberapa bait puisi di status-status FBku. Hingga aku dikenalkan dengan Kompasiana oleh seorang wartawan (teman FB) Ronaldy Hehakaya. Awal aku malu untuk menuliskan puisi-puisiku di Kompasiana, namun kak Ronaldy selalu memberikan support bahwa dengan menulis di Kompasiana maka kesempatan buatku untuk mengenalkan puisiku sambil belajar dari para penulis senior lainnya.
Akhirnya aku bergabung dengan Kompasiana, dan mulai menuliskan puisi-puisiku. Dua tahun jumlah puisiku bertambah lumayan banyak. Lalu timbul ide untuk membukukan puisi-puisiku sendiri, setelah sebelumnya puisi-puisiku aku libatkan dalam antologi buku puisi seperti "Bima Membara" dan buku-buku keroyokan bersama teman-teman di grup Fiksiana Community, grup Desa Rangkat dan E-Book grup Kampung Fiksi. Dan setelah menghabiskan waktu satu tahun untuk memantapkan diri, maka pada 13 April2013 selesailah penggarapan buku antologi puisi dengan judul "42 Jejak".
Launching buku "42 Jejak", dilakukan berbarengan dengan launching buku antologi puisi milik penyair-penyair Yogya dalam acara Malam Bulan Purnama ke 24 di Rumah Budaya Tembi Yogyakarta pada bulan Agustus 2013.Sangat bersyukur karena acara launching buku terlaksana dengan baik dan sukses.
[caption id="attachment_341915" align="aligncenter" width="540" caption="buku 42 Jejak, dok. Granito Ibrahim"][/caption]
[caption id="attachment_341918" align="aligncenter" width="540" caption="acara launching buku antologi puisi 42 Jejak, dok. Yustinus WK"]
Seiring dengan itu tawaran membukukan puisi makin bertambah, setelah "42 Jejak", ada beberapa penyair perempuan menerbitkan buku antologi puisi yang berjudul "Pulang", dan grup My Management Creative Writing yang melibatkan 3 puisiku di buku antologi "November Rain".
[caption id="attachment_341917" align="aligncenter" width="540" caption="beberapa buku yang memuat puisi-puisiku, dok selsa"]
Dan sejak saat itu kiprahku pada dunia puisi makin intensif, apalagi setelah teman-teman pelaku seni khusunya satra di daerah Temanggung, tempatku kini bermukim mulai mengajakku untuk turut terlibat dalam acara-acara sastra yang mereka selenggarakan. Menyusul kiprah para penyair Bantul-Yogyakarta yang telah menerbitkan buku antologi puisi "Parangtritis" di mana 55 penyair terlibat dalam buku itu, termasuk namaku ada di deretan penulisnya, maka aku dan teman-teman di Temanggung saat ini pula tengah sibuk mengumpulkan beberapa pelaku seni khususnya puisi dari Temanggung untuk memberikan sumbangsih kepada daerah dalam wujud puisi yang rencananya akan dibukukan juga.
Sebagai pecinta puisi tentunya, sekali waktu aku juga menulis puisi ungkapan rasa cinta, rasa sedih, rasa bangga pada bumi Indonesia, khususnya tempat di mana pernah aku tinggali. Terkadang atas nama rakyat jelata pula, aku menuliskan puisi-puisi kekecewaan terhadap pemerintah, sambil berharap kebaikkan dan kedamaian bagi negeri ini.
Harapan terbesarku saat ini adalah makin banyak generasi penerus yang mencintai seni sastra khususnya puisi. karena sudah bukan rahasia lagi kalau generasi muda sekarang ini banyak yang melirik pada seni suara (penyanyi) untuk mengungkapkan "citra seni" mereka saja. Padahal puisi (sastra) adalah dunia yang menarik dan layak pula diminati oleh generasi penerus.