Mohon tunggu...
Selpi Dogikebo
Selpi Dogikebo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Berkualitas Melahirkan Generasi Cerdas, Bagi Anak Papua

30 Maret 2017   15:04 Diperbarui: 24 April 2017   04:00 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan pada dasarnya memanusiakan manusia secara utuh. Pendidikan merupakan memberikan kemerdekaan diri pada seseorang mulai dari anak, dewasa, dan tua. Pentingnya pendidikan untuk mengakhiri kebodohan, ketetinggalan, kesenjangan, ketidak adilan, dan keterbelakangan. Bertolak dari penjelasan di atas, pendidikan merupakan jalan satu-satunya bagi anak muda untuk mendidik, membina, dan mengajarkan serta memberi nasehat kepada anak murid. Setiap anak mengerti tentang akan terpenting pendidikan jika anak tersebut diarahkan dengan baik. Pasti ia akan merasakan akan pentingnya pendidikan yang mencerdaskan dirinya. Setiap didikan anak pasti tidak terlepas dari kecerdasan dari sang guru. Pendidik penjadi penyentuh utama dalam mengeksplorasi ilmu agar anak didik menjadi pintar.

Patut kita apresiasi bahwa membina dan mendidik tidaklah mudah yang kita bayangkan dibenak, tanpa mencoba mengajar. Namun bagi guru mendidik anak sangatlah berat. Dalam konteks mencerdaskan anak. Bagi pendidik alias guru tidak hanya mengajarkan di kelas saja. Tapi juga memberikan nasehat berupa pandangan hidup sosial kemasyarakatan. Yang menyangkut dengan nilai-nilai kesopanan dan kultur setempat. Agar penting sekali untuk berinteraksi antar individu dan kelompok demi mempereratkan hubungan baik dilingakugan sekitarnya. Segi lain, tradisi budaya setempat membentuk karakter beretika dan moral yang baik dan tentu harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Baik di sekolah maupun di lingkungan setempat.

Setiap guru yang mendidik pada anak pelu dibidik dengan cara beretika dan moral yang baik, selain mengeksplorasikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya. Seorang guru mengimbangi ilmu pengtahuan yang diajarkan dengan menyampaikan nilai-nilai etika serta bermoral yang baik. Siswa mengedepankan etika yang baik, maka lahirlah generasi yang berotak cerdas dan pandai menempatkan diri pada anaknya. Konteks pandai berorientasi pada kesopanan kehadapan guru, teman sekolah, orangtua, dan di lingkungan tempat tinggal. Sehingga betul-betul anak muda generasi masa depan harus diselamatkan melalui cara mendidik yang baik dan benar.

Tentu melahirkan generasi yang cerdas akan dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Sebab satu-satunya lahirkan anak yang cerdas dibentuk guru yang pandai. Agar anak menjadi kebebasan berpendidikan untuk memberikan jalan keluar bagi anak. Juga perlu diprioritaskan guru yang berilmu pengetahuan tinggi dan sudah tahu karakter anak. Supaya setiap anak harus diarahkan secara baik melalui  proses pendidikan yang betul-betul terdidik secara kongnitif, afektif, dan psikomotorik agar melahirkan generasi yang berotak cerdas.

Seorang guru betul-betul mengerti anak didiknya. Mengikuti kelemahan anak didik agar tidak mengalami celaka bagi siswa. Guru harus melihat kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh siswa di sekolah maupun di lingkungan. Memastikan lebih dahulu mengetahui keberadaan anak agar metode mengajar juga harus berkolaborasi dengan kebiasaan anak. Jika seorang guru tersebut tidak memahami secara baik terhadap anak didiknya, maka tidak mengakar dalam diri tentang nilai kognitif dan psikomotor.  

Celakanya, jika Pemerintah Daerah Papua merekrut dan prioritaskan guru-guru kontrak sebagai penunjang tenaga pengajar di sekolah tetapi belum tentu melahirkan generasi cerdas. Karena dipengaruhi oleh satu faktor dengan faktor lain. Saya secara pribadi sedikit kekawatiran jika guru kontrak memprioritaskan di Papua, tanpa guru tetap di sekolah setempat. Sebab metode mengajar di daerah yang pendidikannya maju dengan wilayah yang terbelakang pendidikan berbeda pemahaman anak, bisa kemungkinan adaptasi anak dengan cukup lama. Contohnya dalam Papua sendiri dengan wilayah lain di Indonesia. Sebut saja tidak sama kemajuan pendidikan di Jawa  dan Papua. Buktinya di pulau Jawa belajar dalam sarana prasarana yang memadai, sedangkan  sekolah di wilayah lain seperti Papua belum tentu fasilitasnya lengkap, terutama tenaga guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun