Tiongkok telah 100% swasembada minyak sejak pertengahan 1960-an dan mengekspor 36 juta ton minyak pada tahun 1985. Tiongkok menjadi importir bersih pada tahun 1993 karena produksi yang stagnan dan permintaan yang meningkat (lihat Gambar di bawah).Â
Pada tahun 2004, Tiongkok menjadi importir minyak terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Jepang. Sejarah Tiongkok sebagai pengekspor energi bersih, yang berlangsung lebih dari 30 tahun, berakhir pada tahun 1997 karena meningkatnya konsumsi minyak, dan masalah keamanan energi muncul.
Â
Sumber: Energy Demand and Supply Outlook in China for 2030 and A Northeast Asian Energy Community
Permintaan bensin Tiongkok adalah yang kedua di dunia dalam hal konsumsi bahan bakar, tidak seperti Amerika Serikat dan Rusia, yang mandiri energi. Tiongkok hanya dapat memenuhi 15% kebutuhan domestiknya dengan manufaktur lokal, sedangkan 80% harus diimpor.Â
Ada enam negara teratas yang memasok bahan bakar ke Tiongkok berdasarkan Dorsey, 2014 yaitu nomor satu adalah dengan Arab Saudi 17,4 persen Rusia, 16,6 persen, Irak 10,2 persen Oman 8,85 persen, Angola 7,5 persen dan Kuwait 6,3 persen dan ini hampir 60% impor Tiongkok berasal dari negara-negara Asia Sisi Barat dan sisanya dipenuhi oleh negara-negara lain. Dalam hal ini secara dinamika perkembangan konflik antara Tiongkok-Taiwan tidak mungkin sampai terjadi perang front baru.Â
Namun apabila terjadi perang di front Taiwan-Tiongkok akan berdampak pada rantai pasok energi Tiongkok intervensi dari Amerika Serikat dan sekutunya terhadap keamanan energi Tiongkok.
Hal ini berkaitan erat dengan teori evaluasi kebijakan Wiliam N Dunn tahun 2017 tentang evaluasi kebijakan William N. Dunn (2017) berpendapat bahwa pemeriksaan kebijakan sangat penting di masa darurat militer karena mengganggu hampir semua kebijakan di masa damai. Pada awal pendekatan penilaian analitik kebijakan, kami melihat bagaimana etika dan nilai-nilai menjadi faktor dalam pembuatan kebijakan publik.Â
Pertimbangan etis dan nilai, menurut pendapat beberapa analis, harus mengambil kursi belakang untuk penjelasan dan prediksi dalam penilaian kebijakan. Evaluasi dalam analisis kebijakan didasarkan pada teori deskriptif, normatif, dan meta-etik; Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan kemungkinan konflik Tiongkok-Taiwan ke depan, maka dimulai dengan pemanfaatan sumber daya manusia.
Dalam sejarahnya, kebutuhan energi saat perang yang bisa meningkat 50% per hari kebutuhannya adalah perang nyata bagi Tiongkok yang terakhir kali yaitu saat perang Vietnam yang terbesar pada tahun 1979, di mana jika perang Taiwan terjadi sekarang ini adalah bukti sahih kekuatan militer Tiongkok, benar-benar siap tempur,Â
dan strategi perang militernya mumpuni, termasuk pasokan bahan bakar yang melampaui kerumitan perang lainnya Tiongkok, dengan jumlah penduduk 1,4 miliar jiwa, masih membutuhkan bensin, perusahaan membutuhkan bahan bakar, dan semua perlengkapan militer harus diselesaikan terlebih dahulu dan kemudian keamanan pasokan energi harus diamankan.
Pertama posisi ada di Selat Hormuz yang terletak di antara Laut Persia dan Laut Oman ada 21 juta barel setiap hari melalui Selat Hormuz. Kedua adalah Selat Malaka yang memisahkan Indonesia Pulau Sumatera dari Malaysia yang merupakan jalur tercepat ke Tiongkok dari Asia Barat dimana 80% kapal tanker minyak Ceboreun menuju Tiongkok.Â