Saya ini apa? Hanya penonton?
Yang saya tonton, tentu saja kebodohanmu, dan juga kelicikanmu, keserakahanmu.
Apa kau tahu? Kau bukan manusia, melainkan serigala. Serigala yang bermain halus, berbulu domba. Padahal itu bukan jati dirimu.
Ketika dunia penuh serigala, ketika tiada yang bisa kita letakkan di tangannya, suatu kepercayaan.
Para serigala ini juga memiliki hobi yang tergolong unik. Mengobral. Ya, mengobral janji.Dikatakannya, saya akan menuntaskan hal ini, dan hal itu. O, orang yang ia tawarkan tak perlu membayar. Cukup memilihnya saja. Cukup memercayai mereka.
Janjiyang tidak berkualitas. Kalau dibandingkan kualitas micin, saya tentu saja lebih memilih kandungan micin. Habisnya, kepercayaan saya dihancurkan, sih.
Bagai perempuan yang sedang datang bulan.
Sehabis berkata begini, lalu berkata begitu.
LALU YANG BENAR APA? Tiada perubahan yang berarti sejak kau duduk di kursi itu. Sepertinya tingal masalah waktu, kau akan bersembunyi di balik pintu, dengan pendingin ruangan dan kursi nyaman.
Nantinya, kau akan menghitung penghasilan, di kursi nyaman itu.
Saya hanya ingin memberitahu.
Dunia kita saat ini lucu.
Kusudahi, kawan.
Bagai tak berarti inikah? Saya ini hanya apa? Penonton?
O, sebentar! Biarkan saya ambil popcorn saya. Adegan kehancuran sebentar lagi dimulai.
Salam Kompasiana dari *@Sellyn Nayotama*