Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Generasi Alfa Kurang Mampu Bersosialisasi?

19 Agustus 2024   15:41 Diperbarui: 19 Agustus 2024   15:41 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gen alpha memakai virtual reality. Photo by Julia M Cameron from Pexels.com 

Ketiga,  kecenderungan gaya hidup individualistis berkembang pesat pada generasi alfa. Sebenarnya gaya hidup individualistis bukan lagi hal baru bagi generasi milenial dan generasi z yang notabene adalah orangtua generasi alfa. Namun perkembangannya makin parah dengan dukungan tren generasi alfa yang tech-savvy dan konsumerisme tinggi karena tuntutan memiliki peralatan elektronik serta materialistik canggih lainnya. 

Keempat, adiksi bermain game online/offline dikategorikan sebagai gangguan mental (disorder) pada generasi ini. Banyak penelitian menunjukkan bahwa adiksi main game menyebabkan munculnya banyak masalah seperti kecerdasan emosional rendah, mudah merasa kesepian, dorongan agresifitas tinggi hingga menarik diri dari lingkungan, dan kemampuan sosialisasi rendah (Arora & Jha, 2020). 

Kelima, peran teman robotik mereka seperti Alexa dan Siri lebih dominan dibandingkan orangtua, keluarga, dan teman sebaya. Transisi energi sosial mereka dipuaskan melalui interaksi dengan mesin pencari internet dan sosial media yang semakin berkembang sepanjang waktu. 

Keenam, generasi alfa memiliki kecenderungan open minded terhadap isu-isu lingkungan sehingga lebih kreatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup manusia. Mereka akan lebih banyak berkontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan, melawan kejahatan kriminal, pembaharuan konsepsi tentang peran gender, transformasi hak-hak pekerja, inovasi teknologi, dan mendorong masa depan yang inklusif.  

Konsep well-being pada generasi alfa akan banyak berkutat dengan digital well-being. Dimana mereka akan lebih banyak belajar cara mengontrol dirinya dalam dunia digital untuk mencapai keseimbangan hubungan di dunia nyata. Digital well-being sejatinya telah dimulai dari sekarang, bahkan generasi z dan generasi milenial telah lebih dulu mengalaminya. 

Selanjutnya, kecerdasan emosional dan sosial generasi alfa cenderung lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi mereka lebih mungkin mengalami sakit mental yang beragam karena pengaruh digital. 

Disisi lain, keberlangsungan hidup sosial mereka dapat terus berlangsung secara digital.  Oleh karena itu, mereka kurang terlatih untuk menangkap cues sosial saat interaksi tatap muka secara langsung termasuk rendahnya kemampuan manajemen emosi. Hal ini menjadi bagian dari kehawatiran orangtua, meskipun bagi generasi alfa  kebiasaan digital merupakan hal normal karena semua aktivitas mereka adalah dalam dunia digital.

Akhir kata, catatan penting dari artikel ini menggarisbawahi perbedaan sosialisasi antara generasi alfa dan terdahulu. Jika bagi generasi z dan generasi milenial kehidupan sosial masih menjadi bagian penting dalam keseharian mereka, maka berbeda halnya dengan generasi alfa yang lebih mengutamakan pentingnya dunia digital sebagai tempat baru dunia sosial mereka dibangun. 

Dalam dunia digital mereka melalui banyak proses seperti mencari jati diri, menumbuhkan otonomi, bersaing secara global, mencapai prestasi, membangun hubungan, serta banyak kesempatan lain. 

Disisi lain, menjadi catatan penting bagi orangtua akan resiko unntuk mencegah munculnya dampak negatif seperti narsistik, oversharing, impulsifitas, stres, depresi, lemahnya komunikasi, dan hubungan yang tidak sehat dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menerapkan gaya pengasuhan yang suportif terhadap kebutuhan anak agar seimbang antara dunia nyata dan dunia digital. Sekian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun