Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kekhasan Radio Jadul, Sulit Dilupakan!

12 September 2023   19:03 Diperbarui: 12 September 2023   19:55 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

11 September kemarin diperingati hari ulang tahun Radio Republik Indonesia (RRI) ke-78. Usia yang sama dengan NKRI. Mengingat sejarah panjang dari Radio RI yang berperan penting dalam menyiarkan kabar kemerdekaan Indonesia ke seluruh pelosok. Dalam atmosfer yang masih terasa, saya tidak ingin membahas sejarah dari RRI melainkan peran RRI yang menemani saya di pagi hari sebagai alarm bangun tidur dan bersiap ke sekolah. 

Siapa yang bisa lupa dengan lagu penanda RRI mulai siaran di pagi hari? Saya sih, tidak akan lupa hehe. Alunan musik singkatnya yang sangat berkesan dan memorable. 

Dilanjutkan dengan sapaan selamat pagi dari penyiar yang bersuara khas dan terdengar epik di telinga. Masih segar dalam ingatan, bagaimana cara mereka menyampaikan berita di pagi hari. Penyiar favorit saya adalah seorang bapak-bapak dengan suara berat, intonasi yang jelas, dan tegas. Sayang sekali, sampai sekarang saya tidak mengetahui siapa nama beliau. 

Menurut saya, pembawaan para penyiar radio jadul dengan aura yang kuat belum tergantikan sampai sekarang. Saya tidak tahu pasti apa yang membedakannya, namun itu lah yang saya rasakan. Berbeda dengan jaman dulu, radio di era sekarang bisa taping lebih dulu. Tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja interaksi dengan pendengar terasa berkurang. 

Hal lain yang saya ingat dari kenangan dengan radio adalah mengirimkan dan mendengarkan kabar duka. Saya pernah membantu Ibu menuliskan kabar duka lengkap dengan nama-nama sanak keluarga yang ingin dikabari. Setelah itu, kami pergi ke kantor RRI daerah setempat untuk menyampaikannya. 

Saat kembali ke rumah, saya menyalakan radio dan menunggu hingga kabar duka disampaikan. Sungguh suatu pengalaman yang tidak bisa diulangi lagi, mengingat perkembangan teknologi sekarang yang memberikan kemudahan menyampaikan informasi dengan praktis dan instan. 

Cerita singkat diatas, terlihat betapa saya sangat mengagumi penyiar RRI. Memang ada beberapa stasiun radio yang saya dengarkan, tapi RRI menjadi stasiun radio yang sangat berkesan karena sering diputar oleh Ayah. Sehingga mau tidak mau, saya ikut mendengarkan. Bisa dikatakan dengan mendengarkan siaran RRI, membantu saya cepat lancar membaca.

Biasanya di pagi hari setelah saya pulang mengantar kakak-kakak ke sekolah kemudian saya akan mengambil koran harian Ayah dan mulai membaca menggunakan intonasi penyiar radio. Saat itu, saya bertindak seakan-akan penyiar radio atau berita TV. 

Akhir kata, terima kasih kepada para penyiar radio tahun 90an- 2000 awal karena telah berperan besar dalam tumbuh kembang saya. Lebih daripada itu, telah memberikan inspirasi bagi saya dan mungkin para pendengar lainnya menjadi media yang berwawasan informatif dan berpengaruh positif. Ditengah perkembangan kecanggihan media elektronik, semoga kami dapat terus menjadi penyiar, jurnalis, penulis, dan profesi sejenis yang bertanggungjawab memberikan layanan informasi publik yang lebih baik.

Apa kenangan kompasianer dengan radio jadul? Silahkan berbagi di kolom komentar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun