Dari data tersebut menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki sikap otoriter menyebabkan anak tidak memiliki inisiatif karena takut apa yang akan mereka perbuat nantinya salah. Hal ini akan menyebabkan anak menjadi pribadi yang tidak memiliki kreatifitas, sulit bergaul bahkan akan menjadikan suatu pribadi yang ambisius untuk selalu menang dalam hal apapun dengan memakai cara yang salah agar bisa membuktikan pencapaiannya kepada orang tuanya.
Orang tua seringkali menuntut anak agar berpikiran dewasa supaya semakin bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya sesuai dengan perkembangan umurnya, sedangkan disisi lain pola asuh otoriter membuat anak takut disalahkan, anak seringkali binggung ketika ia ingin memutuskan sesuatu disisi lain ia ingin bersikap dewasa namun disisi lain ia takut disalahkan oleh orang tuanya sebab apa yang akan dilakukannya ditakutkan tidak sejalan dengan pemikiran orang tuanya sehingga sering terjadi konflik antara anak dengan orang tuanya. Seorang anak pastinya sangat membutuhkan hubungan yang baik dan saran oleh anggota keluarga atau lingkungannya. Sedangkan anak yang orang tuanya otoriter merasa keinginannya selalu tidak diperdulikan dan dianggap tidak penting.Â
Saat anak berusaha menarik perhatian orang tuanya atau berusaha meyakinkan dirinya, hal itu tentunya akan sulit karena ternyata orang tuanya adalah sosok otoriter, hal ini pastinya membuat anak menjadi kecewa dan menimbulkan banyak hal yang akan menganggu perkembangan psikologi anak. Sebagai orang tua harusnya mengetahui sikapnya apakah sudah benar atau malah salah karena hal itu yang banyak menetukan keberhasilah anak dalam belajar.
Pembahasan dan solusi
Pada masa pademi diharuskan untuk melakukan karatina, anak yang memiliki orang tua dengan pola asuh toxic perenting pastinya merasa sangat resah karena mereka harus terpenjara serumah dalam jangka waktu yang lama oleh orang yang tidak disukainya, situasi ini merupakan isu yang jarang diangkat namun banyak dialami banyak orang, orang tua yang toxic diangap tidak baik karena mereka dapat membuat anak tidak betah dirumah, perilaku toxic parenting biasanya jarang disadari oleh para pelakunya di kutip dari jurnal (I Putu Adi Saskara, 2020:129) memaparkan bahwa Toxic parents tidak hanya atau selalu menekankan hukuman fisik kepada anak bila anak melakukan kesalahan. Ada juga yang meracuni kesehatan mental anak dengan kata-kata kasar maupun ucapan yang secara perlahan membunuh semangat anak. Yang ini justru lebih berbahaya karena tidak terlihat. berikut adalah ciri-ciri toxic parenting:
1. Memaksakan impian orang tua harus dicapai anak, hal ini akan menjadikan beban bagi sang anak, karena melakukan hal yang bukan keinginannya.
2. Mengatur semua kegiatannya tanpa berkompromi, hal ini akan menghambat perkembangan kognitif anak sehingga anak tidak bisa berfikir kreatif dan melakukan apa yang sesuai dengan pendapatnya.
3. Memanipulasi keadaan, contohnya jika anak mendapatkan nilai jelek ketika sekolah orang tuanya langsung membicarakan berapa biaya untuknya sekolah sangatlah mahal, hal ini tidak seharusnya diketahui oleh seorang anak.
4. Membandingkan anak dengan orang lain, hal ini akan membuat anak kehilangan identitas dirinya.
5. Mengumbar aib anak, seharusnya jika anak memiliki kekurangan sebagai orang tua harus membantu mencari solusi, mengumbar aib anak hanya akan membuat anak kehilangan rasa percaya diri pada dirinya
6. Tidak mengapresiasi usaha anak dan terus menerus mengungkit kesalahan yang telah berlalu