Sejak lama produk kecantikan ditempeli gender, bahkan penggunaannya kerap kali diidentikan dengan feminitas. Sebutan metroseksual pada pria feminin lantas disalahartikan sebagai sematan kebencian.Â
Namun, pada realitanya metroseksual dipandang sebagai gebrakan feminis yang berhasil membentuk maskulinitas baru di tengah maraknya maskulinitas beracun (toxic masculinity).
Jeje dan Alfin menjadi bukti bahwa stigma negatif yang sering dilekatkan, tidak menghalangi jalan mereka untuk terus menoreh sederet prestasi. Keduanya telah mendobrak bias bahwa #beautyhasnogender dan makeup juga hak bagi laki-laki.Â
Kebebasan Berekspresi melalui Makeup
Bermula dari rutinitasnya mendandani Paskibra di sekolahnya, Michael Jenifer atau lebih dikenal dengan sapaan Jeje kini mulai menggeluti dunia tata rias. Ketertarikannya pada dunia kecantikan mulai tumbuh seiring dengan maraknya kegiatan seni yang ia ikuti. Ia menyusuri kanal-kanal Youtube beauty vlogger demi mengeksplorasi lebih jauh tentang produk kosmetik dan penggunaannya.Â
Kecintaannya pada makeup tersebut telah mengantarkannya pada produksi konten kecantikannya sendiri melalui platform Instagram. Terjun ke dalam dunia seni peran, keterampilan Jeje dalam ber-makeup kian lihai. Baginya, makeup dan dunia seni tidak bisa lepas perannya dari satu sama lain.Â
"I don't know why aku bisa secinta itu di dunia seni, padahal di keluarga, tuh gak ada darah seni sedikit pun. One thing that I know, aku seneng bersandiwara dan hobi banget nari gitu. Apalagi kalau punya hobi yang dibayar, tuh seru banget!" ujar Jeje sembari melayangkan senyum merekah.
Mendobrak Stigma dengan Torehan Prestasi
Kerap disebut sebagai pria feminin, Jeje justru kian memacu dirinya untuk berekspresi melalui makeup. Deretan prestasi gemintang diraihnya mulai dari seni peran hingga seni tari sejak tahun 2017 sampai sekarang.
 Kiprahnya tidak hanya berhenti di situ saja, Jeje pula mengambil bidang tarik suara hingga memenangkan Gita Suara Choir ISBI Bandung tingkat SMA Provinsi Jawa Barat 2018 silam.