Intelegensi manusia memiliki banyak pengertian menurut para tokoh. Di antaranya menurut Strenberg dan Geary. Strenberg (1982) meminta orang-orang mengidentifikasi karakteristik orang intelek, sebagian dari mereka menjawab “dapat berpikir logis dan bagus”, “banyak membaca”, dan “membaca dengan pemahaman yang tinggi”. Sedangkan Geary (2005) memberikan pendapatnya bahwa intelegensi itu dapat didefinisikan dalam hal perbedaan individu dalam bereaksi terhadap waktu, waktu “inspeksi” (inspection time), dan kerja memori yang secara de facto diukur melalui tes intelegensi standar. Dari berbagai definisi intelegensi manusia adalah kemampuan untuk memperoleh, mengambil kembali (recall), dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat (Solso Robert L. 2007.)
Teori kognitif intelegensi
Apabila pemrosesan informasi megikuti suatu tahapan tertentu, dimana setiap tahap menunjukkan suatu operasi yang unik, maka intelegensi manusia dianggap sebagai salah satu komponen dari akal (intelegensi) manusia yang berinteraksi dengan pemrosesan informasi. Intinya adalah bagaimana intelegensi dikonsep oleh psikolog kognitif yang menganut teori pemrosesan informasi dari kognisi.
1.Kecepatan pemrosesan informasi
Salah satu jenis penelitian intelegensi yang dilakukan oleh para psikolog kognitif, dapat kita lihat pada penelitian Hunt (1978), Hunt, Lunneborg, Lewis (1975), dan Hunt dan Lansman (1982).
Tes Hunt digunakan untuk mengukur waktu reaksi terhadap tugas mencocokkan huruf yang dikembangkan oleh Posner, Boies, Eichelman, dan Taylor (1969). Hunt berpendapat bahwa kecocokan secara fisik hanya merefleksikan proses struktural yang dihadapkan dengan pengkodean dan pembandingan dari pola visual, dimana pencocokkan nama merefleksikan efisiensi dari dari pengkodean informasi pada suatu level, dimana representasi fisik dari suatu huruf berhubungan dengan nama dari huruf-huruf tersebut pada memori jangka panjangnya. Secara umum kecepatan orang dalam memperoleh kembali informasi dari memori jangka panjangnya dihipotesiskan menjadi ukuran kemampuan verbalnya.
Pada studi yang lain Hunt (1978) memodikasi penelitian dari Brown-Peterson untuk mempelajari perbedaan antara kemampuan verbal yang tinggi dan kemampuan verbal yang rendah.
Studi yang dilakukan Hunt dengan lainnya menjadi signifikan karena adanya dua alasan. Pertama, mereka menunjukkan bahwa paradigma pemrosesan informasi memberikan banyak prosedur yang berguna untuk studi dari intelegensi manusia. Ke dua memori jangka pendek berhubungan dengan komponen verbal dari intelegensi, tapi karena proses kognitif yang sederhana dan operasi.
2.Pengetahuan umum
Sejak adanya pengembangan tes intelegensi, pengetahuan umum kemudian dipertimbangkan sebagai bagian integral dari intelegensi manusia. Pemahamantantang informasi-informasi yang ada dalam kehidupan kita adalah bagian dari sebuah teks yang standar. Seperti yang telah diketahui bahwa Baghdad adalah ibu kota Irak. Kajian mengenai pengetahuan umum baik secara teoritis maupun pragmatis, meyatakan bahwa pengetahuan umum dianggap mempunyai hubungan dengan intelegensi.
Hasil uji terhadap informasi umum dapat memberikan data-data penting mengenai pengetahuan umum dan kemampuan seseorang untuk menarik informasi kembali. Hal tersebut dapat memberikan arahan yang berguna bagi sejarah intelektual serta dapat digunakan untuk memprediksikan hasil di masa depan.
3.Penalaran (Reasoning) dan pemecahan masalah
Penalaran (Reasoning) dan pemecahan masalah adalah komponen yang penting dalam kehidupan manusia. Sternberg mengemukakan teori tentang intelegensi yang disebut dengan teori triarkis (triarchic theory) yang meliputi tiga subteori, yaitu:
1)Perilaku intelegen komponensial (componential intelegent behavior).
Sub teori ini menjelaskan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku intelegen. Dalam teori ini terdapat tiga komponen pemrosesan informasi: (a) belajar bagaimana melakukan hal-hal tertentu, (b) merencanakan hal-hal yang akan dilakukan serta bagaimana cara melakukannya (c) melakukan hal tesebut.
2)Perilaku intelegen eksperiensial (experiential intelegent behavior)
Komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang tepat secara kontekstual adalah perilaku yang tidak dianggap sebagai perilaku yang “intelegen” menurut pengalaman umum.
3)Perilaku intelegen kontekstual (contextual intellegent behavior)
Perilaku intelegen kontekstual meliputi: (a) adaptasi terhadap lingkungan (b) pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding dengan apa yang dilakukan individu pada umumnya (c) menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi peningkatan keahlian, minat, dan nilai-nilai.
Solso Robert L. 2007. Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H