Dalam pembahasan artikel kali ini, saya akan memberikan sedikit informasi mengenai sejarah dari kesadaran. Psikologi ilmiah berawal pada abad ke-19 sebagai study terhadap pengalaman-pengalaman sadar. Dalam kutipan William James, “psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental” (psychology is sciene of mental life), kehidupan mental berarti kehidupan mental yang sadar. Lama sebelum ungkapan James itu, para filsuf dan orang awam telah bertanya-tanya tentang pikiran dan hakikat dari manusia. Pada awal abad ke-20, topik keadaran hampir disingkirkan dari psikologi oleh para pengikut ideologi psikologi yang dominan pada masa itu, yakni behaviorisma, yang dipimpin oleh john Watson dan B. F Skinner. “perang suci memperebutkam pikiran manusia” berlangsung sepanjang paruh terakhir abad ke-20. Dalam perang tersebut, para psikolog kognitif berjuang mengembalikan kesadaran sebagai suatu topik yang penting (bahkan sebagai topik yang seharusnya dipentingkan), sedangkan kaum behavioris bertarung mempertahankan suatu bentuk ilmu psikologi yang sepenuhnya obyektif. Kesadaran tetap bertahan dan kekuatan ditakdirkan kalah dalam peang tersebut, bukan karena psikologi obyektif tidak dapat dipertahankan, melainkan karena metode-metode atau doktrin-doktrin behaviorisme sedemikian angkuhnya sehingga topik-topik yang autentik sekalipun dianggap tabu. Dalam tahun-tahun belakangan ini, kesadaran menjadi topik yang semakin disadari dalam pemikiran-pemikiran dan dan dalm pemikiran-pemikiran psikolog, filsuf dan para ilmuan neurosains; lebih dibandingkan topik-topik lain yang membahas pikiran
Meskipun demikian, secara bertahap teori-teori belajar mendapatkan tantangan dari teori-teori memori, persepsi dan representasi internal tentang proses-proses mental. Era 1990-an menjadi dekade keemasan bagi studi-studi kesadaran, yang ditandai oleh membanjirnya publikasi dan minat-minat ilmiah mengenai kesadaran (Zeman, 2001). Minat terhadap kesadaran terus berkembang hingga kini.
Zeman (2001) membagi kesadaran ke dalam empat kategori: (1) Kondisi terjaga (waking state) (2) Pengalaman yang merupakan kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-peristiwa yang berlangsung disekelilng kita (3) Kondisi mental kita yang meliputi keyakinan, harapan, niat dan hasrat (4) Kesadaran diri kita yang meliputi rekognisi-diri, pengetahuan-diri, perasaan kepemilikan atas pikiran-pikiran, ide-ide, dan perasaan kita sendiri.
Meskipun teori-teori pada umumnya menjadi pemandu bagi penelitian, seringkali tantangan menjadi kekuatan pendorong yang penting bagi terciptanya penemuan. Tantangan akan mengarahkan sumber daya (intelektual dan finansial) ke arah penyelesaian masalah yang penting atau ke arah pencapaian sasaran yang penting. Francis Crick dan Christof Koch telah mengangkat kesadaran sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan para ilmuan neurosains. Kedua ilmuan tersebut menyatakan bahwa para ilmuan neurosains tidak berusaha sungguh-sungguh mempelajari kesadaran karena (1)Kesadaran dianggap sebagai problem filosofis, yang sebaiknya disisakan bagi para filsuf (2) Upaya mempelajari kesadaran dianggap sebagai tindakan “yang terlalu mendahului masanya”.
Crick dan Koch menyanggah kedua ide tersebut dengan menyatakan bahwa kesadaran adalah sebuah produk yang muncul dari aktivitas otak sehingga kesadaran pastilah memiliki suatu korelasi neurologis. Usaha Crick dan Koch untuk menemukan korelasi neural dari kesadaran telah mengusik dan menginspirasi ilmuan dan filsuf. Beberapa kritikus menyatakan bahwa pencarian terhadap korelasi neural kesadaran (neural correlation of consciousness) adalah tindakan reduksionistik yang sia-sia, dan penemuan suatu region otak yang diasosiasikan dengan suatu pengalaman perseptual tidaklah berarti penemuan pusat kesadaran. Meskipun demikian, sebagaimana ditulis Chalmars (2000): “pencarian terhadap korelasi neural dari kesadaran akan menghasilkan suatu proyek penelitian yang mudah dikerjakan, didefinisikan dengan jelas, dan netral secaara teoretik, yang memiliki sasaran-sasaran yang dapat dijangkau. Dengan demikian, pencarian tersebut akan menjadi suatu “mutu manikam” bagi ilmu kesadaran yang terus berkembang, dan juga menjadi batu loncatan yang penting dalam pencarian terhadap suatu teori umum dari hubungan antara proses-proses fisik dengan pengalaman sadar”. Sekian informasi yang bisa saya berikan.
(Psikologi Kognitif edisi Kedelapan, Robert L. Solso, dkk)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H