Mohon tunggu...
Selly Ernawati
Selly Ernawati Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Concept

27 November 2014   00:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:45 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Artikel kali ini akan coba kita paparkan mengenai pembentukan konsep. Penguasaan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide mempunyai hubungan dengan pembentukan konsep. Pembentukan konsep mempunyai cakupan yang lebih kecil daripada berpikir, dan juga pembentukan konsep mudah untuk dipelajari secara eksperimental. Definisi awal dari konsep adalah penggambaran mental, ide atau proses. Konsep didefinisikan dalam ciri-ciri adalah karakteristik suatu objek atau kejadian yang juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain. Seperti contoh mobilitas merupakan ciri dari kendaraan, akan tetapi mobilitas juga merupakan ciri dari objek lain yaitu kelereng. Jadi seseorang dapat membayangkan kendaraan atau kelereng merupakan cirri dari mobilitas. Objek atau ide digunakan sesuai dengan keadaan. Deskripsi konseptual mirip dengan proses yang dibutuhkan dalam deteksi signal, yang mana penerimaannya sebagai ciri dari sebuah konsep ditentukan oleh kakunya kriteria. Penenentuan kriteria itu sendiri seperti menentukan toleransi untuk berapa banyak ciri yang dibutuhkan untuk dapat menjadi bagian kelas objek tertentu.

Asosiasi

Asosiasi merupakan teori tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep, biasa kita menyebutnya asosiasisme. Ringkasnya, prinsip ini memegang suatu ikatan yang akan terbentuk sebuah objek kemudian akan dimunculkan kembali objek tersebut. Reinforcement (penguatan) dapat menfasilitasi bentuk dari ikatan tersebut. Jadi, prinsip asosiasi membicarakan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari, (1) menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus, dan (2) non-penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus.

Pengujian hipotesis

Tahap awal pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya meliputi pembentukan-pembentukan prioritas, sebagai seorang peneliti mungkin mengatur urutan eksperimen, seorang pengacara mungkin menanyakan serangkaian pertanyaan, atau seorang dokter dapat memandu satu set diagnostik.

Dalam sebuah eksperimen pembentukan konsep, Bruner dan koleganya (1956) memperkenalkan konsep alam semesta kepada partisipan dan mengindikasikan suatu hal dari eksemplar konsep yang harus dicapai oleh partisipan. Partisipan akan mengambil satu dari lain hal, diberitahu apakah itu hal positif atau negatif, lalu mengambil hal yang lain dan seterusnya sampai mereka mencapai kriteria.

Partisipan strategi boleh memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan, masing-msing memiliki subtipenya di bawah ini:

1.Pemindaian simultan, partisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yang tak dapat dipertahankan

2.Pemindaian berturut-turut, partisipan mulai dengan hipotesis tunggal, menegmbangkannya jika berhasil dan jika tidak berhasil, dapat menggantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman sebelumnya

3.Pemusatan konservatif, partisipan memformulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus, dan kemudian membuat urutan penyusunan kembali (tiap kali hanya mengubah satu cirri) dengan memperhatikan cirri yang mana menjadi positf dan negative.

4.Kemungkinan fokus, di karakteristikan dengan mengganti lebih dari satu ciri dalam waktu yang sama. Walaupun teknik pemusatan konservatif bersifat metodologis dan sepertinya terdepan untuk sebuah konsep yang sah, partsipan mungkin memilih suatu kemungkinan dengan harapan dapat menentukan konsepnya dengan lebih cepat.

Dari strategi-strategi yang diutarakan sebelumnya, pemfokusan konservatif menjadi paling efektif (Bourne, 1963); teknik memindai hanya memberikan tingkat kesuksesan marginal. Kesulitan dengan memakai model Bruner adalah bahwa hal tersebut mengansumsikan partisipan berpegang pada satu strategi, dimana secara aktual saja, partisipan berada dalam kebimbangan dan berpindah-pindah di antara beberapa strategi selama menjalankan tugas.

(Psikologi kognitif edisi kedelapan, Robert L. Solso)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun