Pertama kali meninggalkan kota kelahiran Kalimantan Tengah 1 tahun yang lalu dan memutuskan kota Semarang menjadi tempat tinggal sekarang. Perbedaan budaya, peribahasa, dan makanan menjadi kesulitan saya disini. Makanan menjadi masalah utama karena Semarang merupakan kota yang khas dengan kekayaan kuliner yang terkenal manis sedangkan makanan khas Kalimantan asam dan pedas.
Mencari tempat tinggal dipadatnya kota Semarang hingga sore hari yang sedikit dingin, akhirnya perut saya keroncongan (lapar) dan memutuskan ingin makanan yang berkuah. Dari sekian banyaknya rekomendasi makanan khas semarang di google, Mie kopyok Pak Dhuwur di daerah Pandansari lah yang menjadi pilihan saya untuk mengisi perut yang sudah lama berbunyi untuk meminta makanan.
Saat pertama kali ingin mencoba Mie Kopyok, saya tidak memiliki ekspetasi yang tinggi dari sebuah hidangan mie dengan lontong? Yaaa... dengan lontong, cukup aneh namun menarik. Saya Memandang dari cara penyajian Mie Kopyok ini ternyata: lontongnya diiris kecil-kecil terlebih dahulu, mie dan tauge yang dicelup air panas mendidih,irisan tahu (tahu pong) kemudian ditambahkan bumbu khasnya. Kemudian ditaburkan irisan seledri dan bawang merah goreng. Bahan terakhir adalah krupuk karak/gendar (krupuk dari beras) diremas dan ditaburkan merata.
Melihat penyajian dengan banyaknya toping membuat saya sedikit ragu memilih makanan ini, untuk menemani sore yang dingin dan rasa lapar saya. Karena merasa ragu dan saya anaknya penasaran akhirnya membuat saya ingin bertanya langsung pada Pak Dhuwur.
"Maaf pak saya mau tanya, ini kali pertama saya liat hidangan mie kopyok,. Saya cukup meragukan rasanya karena mie pake lontong dengan kuah yang agak manis memangnya enakk?"
"Hahaha (tertawa halus sambil menyiapkan pesanan).... Mbakkk, harus coba inilah yang membuat rasa khas dan beda dari hidangan mie umum pada lainya. Duduk dulu terus Cobain!".
"oke pak (ucap saya sambil tersenyum)".
Ternyata harganya pun  relatif murah, hanya dengan 12.000 saya sudah mendapatkan 1 porsi besar Mie Kopyok loh. Sembari menunggu pesanan disiapkan saya juga melihat sekeliling kedai yang penuh dengan orang-orang yang menikmati hidangan dengan sangat lahap. tidak hanya pengunjung lokal ternyata, tapi juga ada wisatawan dari berbagai daerah yang mencoba kuliner ini. Semakin penasaran dan tidak sabar untuk mencoba!!!
Semangkuk mie kopyok yang masih panas itu akhirnya sudah tiba didepan mata saya. disediakan juga jeruk dan sambal yang ternyata campuran cabe dan kacang tanah. Ketika suapan pertama sensasinya terasa aneh, tapi saya tidak menyerah begitu saja. Setelah beberapa suapan, saya mulai terbiasa dengan rasa unik Mie Kopyok ini. Rasanya yang sedikit gurih dan sedikit manis, dikombinasikan dengan aroma rempah yang khas, benar-benar menggugah selera saya ternyata. Kuah yang kental memberikan tekstur yang berbeda sehingga membuat setiap suapan semakin memuaskan.
Saya yang terbiasa makan dari olahan tangan orang Kalimantan dengan khas masakan rasa asam dan pedas. Siapa sangka saya cocok di makanan satu ini, sebuah mie sederhana dengan rasa yang cukup unik membuat saya ingin menyeruputnya terus. Suapan setiap suapan kuah kaldu yang kaya rempah  membuat rasa sedikit manis dan gurihnya semakin terasa di setiap sudut mulut. Saya benar-benar memakanya dengan lahap sambil ditemani dengan dinginya cuaca sore hari dan suara motor dijalan yang melengkapi kenikmatan ini.
Mie Kopyok mungkin tidak menjadi hidangan favorit semua orang, tetapi bagi saya, ini adalah pengalaman yang unik dan menyenangkan. Meskipun rasa awalnya cukup aneh, akhirnya saya menemukan bahwa gabungan antara mie yang kenyal, lontong dan kuah gurih manis yang kaya bumbu benar-benar menghasilkan sensasi yang mengejutkan didalam mulut. Rasanya yang berbeda memberikan kepuasan kuliner yang tidak dapat saya temukan dalam hidangan mie lainnya.
Mengingat Kembali kelezatan Mie Kompyok terasa seperti kenangan yang terus menggoda selera saya. Mie bundar yang padat, kuah gurih yang memanjakan lidah, dan beragam topping yang membuat hidangannya semakin lengkap. Saya sangat ingin kembali menikmati Mie Kompyok dan ingin terus merasakan kelezatan tradisional itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H