Mohon tunggu...
Sella Nurlita
Sella Nurlita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Karakter Siswa Melalui Pendidikan Berbasis Nilai Di Era Globalisasi

23 Desember 2024   00:00 Diperbarui: 23 Desember 2024   00:00 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga untuk membentuk karakter individu. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, membangun karakter yang kokoh pada generasi muda menjadi lebih penting dari sebelumnya. Salah satu pendekatan yang efektif untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendidikan berbasis nilai. Pendidikan berbasis nilai mengintegrasikan prinsip-prinsip moral dan etika dalam proses pembelajaran, dengan tujuan membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berbudi pekerti luhur.

Secara  istilah,  karakter  diartikan  sebagai  sifat  manusia  pada  umumnya  dimana  manusia  mempunyai  banyak  sifat  yang  tergantung  pada  kehidupan  sendiri.  Karakter  adalah  sifat  kejiwaan,  akhlak,  atau  budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Defenisi  dari  "The  stamp  of  individually  or  group  impressed  by  nature,  education  or  habit."  Karakter  merupakan  nilai-nilai  perilaku  manusia  yang  berhubungan  dengan  Tuhan  Yang  Maha  Esa,  diri  sendiri,  sesama  manusia,  lingkungan,  dan  kebangsaan  yang  terwujud dalam   pikiran,   sikap,   perasaan,   perkataan,   perbuatan   berdasarkan   norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Sementara   itu   pengertian   karakter   menurut   Pusat   Bahasa   Depdiknas  adalah  "bawaan,  hati,  jiwa,  kepribadian,  budi  pekerti,  perilaku,   personalitas,   sifat,   tabiat,   temperamen,   watak".   Adapun   berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak".  (Tadkiroatun  Musfiroh , 2008),  karakter  mengacu  kepada  serangkaian  sikap  (attitude),  perilaku  (behavior), motivasi  (motivation)  dan  keterampilan  (skill).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan serta mampu membedakan satu dengan lainnya.

Mohammad Nuh (Mendiknas) dalam peringatan Hardiknas tahun 2010 mengatakan bahwa Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan seseorang menjadi cerdas. Pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan.

Pendidikan karakter sebaiknya diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan yang holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, acting the good. Pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good) mudah diberikan karena bersifat kognitif. Setelah knowing the good perlu ditumbuhkan perasaan senang atau cinta terhadap kebaikan (feeling the good).Selanjutnya, feeling the good diharapkan menjadi mesin penggerak sehingga seseorang secara suka reka melakukan perbuatan yang baik (acting the good). Penanaman dengan model seperti itu, akan mengantarkan seseorang kepada kebiasaan berlaku baik.

Akan tetapi, dalam penanaman pendidikan karakter yang utama adalah keteladanan.Orang tua memberikan contoh perilaku yang positif kepada anak-anaknya, Di karenakan karakter seseorang ternyata juga dipengaruhi oleh gen yang diturunkan dari orang tua. Meskipun gen hanya sebagai salah satu faktor pembentuk karakter, tetapi orang tualah yang memiliki peluang terbesar dalam pembetukan karakter seseorang. Gen merupakan faktor penentu yang pertama melekat dalam diri seseorang. Jika tidak ada proses selanjutnya yang memiliki pengaruh yang kuat, maka genetis inilah yang akan menjadi karakter sesorang.

Sedangkan peran guru memberi contoh kepada anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin memberikan teladan karakter yang baik kepada masyarakat. Tidak lepas pula peran dari kepala sekolah sebagai leader (kepemimpinan) dan harus mempunyai keterampilan manajerial dan akademik sangat diperlukan. Keterampilan manajerial lebih difokuskan pada administrasi dan pemberdayaan sumber daya yang ada di sekolah, Keteramilan akademik fokusnya yaitu bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di sekolah.

kunci kemenangan suatu negara dalam kompetisi di era globalisasi adalah kemampuannya mengelola dan memberdayakan sumberdaya manusia (SDM) sehingga memiliki keunggulan : berintelektual hebat, memiliki fisik yang sehat dan kuat, memiliki skill dan kompetensi unggul, memiliki jiwa kewirausahaan yang tangguh (wonderful), serta berkarakter (mental, kecerdasan emosi dan spiritual) bagus (kindness).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun