Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak penduduk dengan mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Â Masuknya agama islam di Indonesia yang pada saat itu disebut dengan Nusantara dibawa oleh para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang datang ke Indonesia karena pada saat itu Indonesia merupakan jalur perdagangan sehingga banyak orang yang bersinggah maupun menetap di Indonesia. Para pedagang datang ke Indonesia tidak hanya untuk berdagang saja, tetapi mereka juga melakukan penyebaran agama islam.
Penyebaran agama Islam di seluruh wilayah Indonesia dilakukan secara berkala, bertahap dan dengan strategi dakwah yang damai, menyesuaikan diri terhadap adat istiadat penduduk tanpa paksaan dan kekerasan. Strategi penyebaran agama Islam dilakukan dalam berbagai media atau jalan, salah satunya yaitu dengan strategi pendidikan.
Pendidikan Islam di Indonesia pada masa awalnya bersifat informal, yaitu melalui interaksi inter-personal yang berlangsung dalam berbagai kesempatan seperti aktivitas perdagangan dawah bil hal atau keteladanan. Selanjutnya, ketika agama Islam semakin berkembang, system pendidikan Islam pun mulai berkembang menjadi system pendidikan langgar sampai system pendidikan pesantren.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah pondok pesantren lebih banyak dibandingkan negara lain di dunia. Pesantren telah lama dikenal masyarakat Indonesia, ditunjukkan dari ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap dunia pendidikan. Jumlah pondok pesantren terus bertambah hingga saat ini dan hampir setiap desa memiliki pondok pesantren karena memang lembaga pendidikan tertua di Indonesia ini berasal dari masyarakat pedesaan yang diciptakan oleh Kiai dan Ulama. Maka wajar jika kebanyakan santri berasal dari daerah pedesaan.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang mengajarkan keagamaan Islam dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai. Pondok Pesantren biasanya mempunyai asrama untuk tempat tinggal para santri, menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Pondok Pesantren biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Santri adalah julukan umum bagi mereka yang setelah lulus Sekolah Dasar (SD) maupun lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren. Dalam pendidikan di Pondok Pesanten, santri merupakan kunci utama dalam menyelesaikan visi, misi, dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren. Dalam hal ini santri memegang peranan yang sangat penting dalam mensukseskan kegiatan-kegiatan dan program-program yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.Â
Dalam perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, peran santri tidak perlu diragukan lagi. Sejak berdirinya pesantren di Indonesia, para kyai dan ulama terus mengajarkan para santrinya untuk  semangat cinta tanah air (patriotisme), semangat kebangsaan (nasionalisme), dan semangat anti penjajalan (antikolonialisme). Terdapat  banyak catatan perjuangan dan kepahlawanan para ulama dan santri dalam perlawanan terhadap penjajah.
Pada 25 Februari 1944 di Singaparna, K.H. Zainal Mustafa memimpin para santrinya melakukan perlawanan kepada militer Jepang. Pertempuran itu terjadi karena Jepang memaksakan budaya 'Seikirei' Â yaitu gerakan membungkuk ke arah Matahari yang dilakukan di pagi hari sebagai penghormatan terhadap Kaisar Jepang (Tenno Haika) dan pengakuan bahwa Kaisar Jepang adalah keturunan "Dewa Matahari" (Ameterasu). K.H. Zainal Mustafa menolak karena menurut ajaran Islam tindakan itu berarti musyrik. Dalam pertempuran itu banyak santri yang tewas dan K.H Zainal Mustafa ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Lalu pada tanggal 22 Oktober 1945, terjadi pertempuran di Surabaya dikarenakan kembalinya tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Pada tanggal tersebut, KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) mendeklarasikan Gerakan Resolusi Jihad. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan tersebut, KH. Hasyim Asy'ari berseru kepada para santrinya untuk ikut berjuang mencegah kembalinya tentara Belanda menguasai Indonesia. Tak hanya menyerukan untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan, KH. Hasyim Asy'ari juga berkata kepada para santri bahwa perjuangan membela Tanah Air adalah kewajiban setiap muslim.Â
Peristiwa tersebut diawali dengan datangnya pasukan tentara sekutu di bawah Laksamana Muda W.R. Patterson di Tanjung Priok pada tanggal 15 September 1945. Kemudian tank-tank "Stuart" masuk ke wilayah Jakarta bersama pasukan Inggris dari kesatuan India.
Menanggapi kedatangan pasukan Sekutu yang ingin merebut kembali Indonesia, KH Hasyim Asy'ari mengundang para ulama untuk mengadakan musyawarah pada tanggal 21 dan 22 Oktober 1945. Perundingan tersebut menghasilkan keputusan untuk menyerukan Gerakan Resolusi Jihad melawan Inggris dan Belanda pada 22 Oktober 1945.