Indonesia merupakan negara agraris karena mayoritas atau sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, selain itu Indonesia juga dilewati barisan pegunungan yang subur. Kesuburan lahan pertanian di Indonesia disebabkan oleh letak geografisnya yang terletak di iklim tropis, sehingga pelapukan batuan di Indonesia terjadi dengan cara yang sempurna sehingga menyuburkan tanah.Â
Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan dengan luas 1.922.570 km. Ini menjadikan negara Indonesia sebagai negara agraris terbesar di dunia.Â
Di negara agraris seperti Indonesia, Pertanian memberikan kontribusi penting bagi perekonomian dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, terutama dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, yang berarti permintaan akan makanan juga meningkat.
Kondisi petani Indonesia masih terbilang ironis. Di balik tanah Indonesia yang subur dan luas, ternyata nasi yang kita makan, tempe dan sayur yang kita makan, bahkan cabai atau sambal yang kita konsumsi setiap hari bukanlah sumber panen petani kita, tetapi impor atau beli dari luar negeri.Â
Walaupun negara kita dikenal sebagai negara agraris yang besar dan subur, namun nyatanya kita beli kebutuhan pokok dari luar negeri. Itulah yang membuat masalah menjadi sangat ironis bagi pertanian kita.
Menurut data, Indonesia memiliki 26,3 juta hektar lahan subur dan 68,3 juta hektar lahan agrikultur, atau sekitar 33% dari total luas daratan Indonesia. Dengan tanah yang begitu subur di Indonesia memang kaya akan potensi, karena memang cocok untuk menumbuhkan rempah-rempah eksotis dan produk bernilai ekonomis tinggi yang sempat menyebabkan bangsa-bangsa Barat bersaing untuk menguasai Nusantara. Dengan Potensi yang sangat besar ini seharusnya memungkinkan petani Indonesia untuk hidup sejahtera dan terjamin.
Namun ironisnya, kesejahteraan petani Indonesia terus merosot dari tahun ke tahun. Bahkan, sejak tahun 2000, Indonesia menjadi importir bahan baku makanan seperti beras, kacang kedelai, bawang merah dan lain-lain. Berikut adalah alasan  Indonesia masih mengimpor yang menyebabkan petani Indonesia masih belum sejahtera :
- Kebutuhan konsumsi 270 juta penduduk di Indonesia tidak mencukupi jika hanya mengandalkan produksi dalam negeri.
- Produksi dalam negeri tidak efisien dan kalah murah dibanding produk impor yang kualitasnya sama.
- Petani sangat bergantung dengan jasa tengkulak yang umumnya memonopoli hasil panen petani atau memberi pinjaman modal dengan bunga yang tidak mampu dibayar petani.
- Keterbatasan akses permodalan dan pihak pemberi modal seperti Bank masih khawatir dengan potensi gagal panen yang membuat kredit macet atau gagal bayar.
DAFTAR PUSTAKA
Ruvananda, A. R., & Taufiq, M. (2022). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. KINERJA, 19(2), 195-204.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H