Gibran Rakabuming Raka yang jadi bacawapres Prabowo Subianto.
Datang Nampak Muka, Pergi nampak Punggung. FX Rudy agaknya menahan diri untuk tak berkomentar tajam soal manuverWalau saya yakin, dalam hati kecilnya, FX Rudy tentu menyimpan kekecewaan. Apalagi sebagai senior, Ia turut membuka jalan dan memenangkan Gibran hingga duduk menggantikannya di posisi Wali Kota Solo.
Saya teringat pemberitaan media masa dua tahun lalu ketika Gibran mulai menjadi kader partai berlogo banteng dann digadang menjadi kepala daerah mengikuti jejak langkah sang ayah.
Kala itu, Gibran dikabarkan sering bertemu Ganjar yang masih menjabat Gubernur Jawa Tengah untuk "berguru". Hingga sekarang, sang pengusaha martabak yang dulu acuh dan irit bicara pun menjelma menjadi politikus andal(?).
Sedemikian rupa Ganjar menjadi mentor untuk Gibran. Mungkin berbagai persoalan atau tata cara pemerintahan yang semula tak diketahui, Gibran jadi ngerti.
Tapi sayang seribu sayang, etika politik yang seharusnya juga ditiru, malah diabaikan oleh Gibran. Seperti saat Ganjar menjadi kader yang dihina-dina, bahkan diframing sebagai public enemy perkara pernyataan politiknya yang bahkan sesuai dengan konstitusi.
Semua meninggalkan Ganjar, tapi Ganjar tak meninggalkan segala siapa. Bahkan ketika godaan dari partai lain yang siap menyambutnya saat PDI Perjuangan tampak begitu menganaktirikan kader terbaiknya itu.
Hemat saya, seorang Ganjar sebenarnya bisa saja menyebrang atau menerima pinangan partai lain. Apalagi partai-partai yang kini bergabung ke barisan koalisi gemuk itu, dulu begitu gandrung padanya.
Tapi Ganjar tak silap mata. Ia punya kesadaran diri yang tinggi, Ia paham bahwa posisinya saat ini takkan diraih tanpa PDI Perjuangan. Maka Ganjar tetap gagah berdiri dan bangga mengatakan bahwa "Saya PDI Perjuangan" kala itu.
Ini lah yang tak dicontoh oleh Gibran. Padahal dirinya tak menjadi bahan olok-olok dan selalu mendapat apa yang Ia inginkan. Semua terakomodir atau diakomodir dengan baik oleh PDI Perjuangan.
Ironisnya, hampir seminggu pencawapresannya Gibran masih tak tahu malu. Ia masih bergeming dan tak bersikap kesatria dengan menyatakan pengunduran dirinya dari PDI Perjuangan.