Ganjar meminta Kemendag segera mengambil langkah ekstrem. Karena sebagai gubernur pun, dia malu dengan kondisi yang terjadi saat ini. Kita tidak bisa lagi seperti ini karena muka pemerintah hari ini ditampar habis-habisan, katanya.
Pengambilan kebijakan sebatas penyesuaian harga dan subsidi minyak goreng tidak sesuai. Langkanya minyak goreng ini, ibarat tikus mati di lumbung padi.
"Kita ini produsen sawit terbesar, produsen minyak goreng terbesar dan kita seperti tikus mati di lumbung padi. Mohon maaf kalau kalimat saya kurang berkenan, karena kita kebingungan di daerah karena semua produksi dan kebijakannya ada di pusat. Mohon maaf pak rasanya saya sebagai gubernur saja ikut malu. Maaf sekali lagi ini harus saya sampaikan, karena mungkin suara saya mewakili banyak orang,"
Betul itu pak. Saya juga malu punya Mendag tidak tahu malu. Mestinya dia bersikap kesatria dan mengakui saja. Kalau ngurusi harga minyak goreng, dia tidak bisa. Apa susahnya? Kecuali dia besar gengsinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H