Hai ...
Kau datang saat usiaku masih begitu belia
Saat dunia bagiku hanya berwarna hitam putih saja
Dan kita pun melalui semuanya bersama
Tertawa mengejar mentari pagi dengan segala indahnya
Terpesona mengagumi eloknya senja
Tersenyum menatap burung-burung yang terbang mengepakkan sayapnya
Kau tawarkan kuntum melati yang harum mewangi
Kau ajak aku menatap awan yang berarak
Bergenggam tangan sambil menghitung bintang
Dan terkagum memandangi bundarnya purnama
Hingga gerimis pun mulai menyapa
Titik air yang mulai menderas tak menyurutkan semangat kita
Kilat dan petir yang menyambar pun tak membuat langkah kita goyah
Namun suatu hari
Sebuah titik embum pagi pada kuncup mawar membawamu pergi
Tinggalkan kuntum melati
Lupakan sebatang ilalang
Yang dulu pernah begitu kau sayang
Saat itu kurasa langit runtuh
Sebelum akhirnya kusadari semua
Dan aku pun memaafkanmu saat itu juga, tanpa kau minta
Aku hanya ingin kau bahagia
Dengan apapun pilihanmu
Meski itu berarti kau harus tinggalkanku
Kehilanganmu adalah masa-masa terberat dalam hidupku
Perasaan tercampak dan terbuang datang silih berganti
Ah, kuhirup nafas dalam
Kucoba pasrah dengan garis takdir
Kucoba yakinkan jiwa yang rapuh
Kucoba tersenyum menyembunyikan pertahananku yang runtuh
Kucoba menutupi semua sakit hati dengan jiwa besar
Kucoba menyimpan perih dengan tawa lebar