Berkumpul bersama keluarga besar saat lebaran adalah momen berharga yang dinantikan banyak orang. Merayakan lebaran bersama, bertatap muka, menikmati hidangan sambil bercerita adalah hal yang membahagiakan.
Namun tahun ini, pandemi memaksa kita untuk tetap di rumah. Tapi masih ada banyak cara untuk menjalin silaturahim, meski tak bisa sepenuhnya menggantikan pertemuan secara langsung.Â
Bagaimanapun kita harus taat protokol untuk sebuah kemaslahatan yang lebih besar. Semoga dengan "pengorbanan" kita di tahun ini, tahun depan kita bisa kembali merayakan idul fitri secara normal lagi.
Lebaran tahun ini adalah lebaran kedua di masa pandemi. Lebaran kedua kami sekeluarga tidak bisa berkumpul secara lengkap.Â
Lebaran kedua anak bungsu saya yang sedang belajar di negeri sakura tak bisa pulang ke rumah. Lebaran kedua saya tidak bisa pulang kampung dan berkumpul dengan keluarga besar dan teman-teman masa kecil.Â
Sedih sekali rasanya, tapi saya berusaha menerima dengan lapang dan tetap mensyukurinya. Yang penting di masa pandemi ini, saya beserta keluarga besar dalam kondisi sehat.
Persiapan lebaran sebelum pandemi
Dari semua hal di atas, yang paling sulit adalah menyusun jadwal, karena kami semua juga punya pasangan yang punya jadwal berkumpul dengan keluarga besar masing-masing.
Satu lagi, yang tak pernah terlewatkan dari menyambut lebaran adalah berbelanja! Tentu saja, karena banyak yang harus dibeli, baik untuk diri sendiri, keluarga maupun untuk diberikan kepada sanak kerabat.
Dulu setiap menjelang lebaran saya selalu ke pasar atau mall untuk berbelanja baju lebaran dan perlengkapan lainnya. Bisa memborong mukena sampai berkodi-kodi untuk berbagi. Biasanya saya belanja ke pasar Tanah Abang atau Thamrin City.Â
Jadi saya bisa mengerti, bila setiap menjelang lebaran, pasar dan mall selalu ramai diserbu pengunjung. Karena saya pun pernah melakukan hal yang sama, dulu ... ketika anak-anak masih kecil. Membeli baju baru untuk lebaran seperti sebuah tradisi yang mesti dilakukan. Namun semua berbeda saat anak-anak sudah besar, baju baru bukan lagi menjadi suatu keharusan.Â
Persiapan lebaran tahun ini
Tahun ini kami juga akan melewatkan lebaran di ibukota, ikut menjaga Monas hehehe. Karena hanya di rumah saja, maka persiapan lebaran tahun ini terbilang santai.
Persiapan belanja sembako untuk berbagi sudah saya lakukan di awal bulan Ramadan. Kebetulan asisten rumah tangga kami tahun ini mudik lebih awal untuk menyiasati pelarangan mudik mendekati hari-H lebaran.
Jadi semua urusan yang cukup menguras tenaga saya selesaikan di awal saat si mbak masih ada di rumah. Persiapan lain seperti bersih-bersih rumah, mencuci gorden, sudah dilakukan saat si mbak masih di rumah.
Sebentar lagi saya akan menyiapkan baju yang nanti digunakan salat ied beserta perlengkapannya. Tahun ini kami sengaja tidak membeli baju baru. Kebetulan baju yang lama masih ada.Â
Dulu saat anak-anak masih kecil, setiap lebaran adalah momen yang menyenangkan untuk membeli baju baru. Tapi setelah anak-anak besar, membeli baju baru saat lebaran sudah bukan lagi prioritas.
Masih tetap bisa bersilaturahmi dan berbagi
Silaturahmi secara offline bisa digantikan dengan tatap muka dan bercerita secara daring. Tetap seru dan asyik, meski tidak bisa secara 100% menggantikan tatap muka secara langsung, tapi ini adalah pilihan terbaik untuk saat ini.
Berbagi pun demikian. Kalau dulu saya masih sering berbelanja baju dan keperluan idul fitri untuk berbagi, tahun ini saya memilih memberi dalam bentuk uang. Lebih praktis dan semoga bisa bermanfaat bagi yang menerimanya.
Menyiapkan uang baru
Rejeki buat anak-anak, kami orang tua menyiapkan amplop untuk semua anak dan keponakan, dengan setiap amplop sudah ditulisi nama masing-masing anak.Â
Selain itu, di perumahan tempat saya tinggal, setiap lebaran ada banyak rombongan anak-anak yang datang dan tuan rumah akan berbagi uang kepada mereka semua. Tapi setelah pandemi, kegiatan itu sepertinya tidak ada lagi.
Kue kering favorit keluarga
Nah, salah satu hidangan wajib yang ada saat lebaran adalah kue kering ini. Meski pada akhirnya yang paling banyak makan bukan tamu, tapi tuan rumahnya sendiri.Â
Tahun ini saya sengaja tidak membuat kue kering, tapi menggantinya dengan aneka hidangan dari buah-buahan dan sayuran. Â Selain memang tidak ada tamu, kami sekeluarga juga mengurangi makan tepung, lemak dan gula. Soalnya kalau sudah makan kue kering susah berhentinya!
Membuat kue untuk hantaran
Memperbanyak ibadah
Habluminalloh dan habluminannas adalah 2 prinsip yang harus dijalankan secara seimbang. Ibadah secara vertikal langsung kepada Allah Sang Khaliq dan ibadah secara horisontal yang meliputi berbuat baik kepada sesama manusia dan makhluk Allah lainnya.
Inti Ramadan adalah membersihkan diri dari dosa-dosa, mengembalikan kita menjadi manusia yang fitri seperti baru dilahirkan. Semoga dengan amal ibadah kita selama Ramadan, menjadikan kita manusia yang lebih baik dalam kualitas iman dan takwa.
Kenangan pulang kampung
Hamparan padi yang menguning ini, seolah memanggil saya untuk pulang kembali ke kampung halaman, walau sejenak.
Semoga pandemi segera pergi, sehingga kita bisa kembali menjalani kehidupan dengan aman tanpa kekhawatiran.
Jakarta, 7 Mei 2021
Seliara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H