Hari ini saya senang sekali! Anak bungsu saya mengirimi foto bunga sakura yang sedang mekar. Foto ini diambil beberapa hari yang lalu di Omachi, sebuah daerah di Aoba-ku, Sendai-shi, Tohoku.Â
Saat itu ia baru pulang dari tanda tangan beasiswa, naik sepeda dan ketika melewati sebuah tempat yang dipenuhi bunga sakura yang bermekaran, dia berhenti, memotret sekilas dan dikirimkan ke mamanya. Hehehe ... makasih ya, Nak!
Ini adalah foto bunga sakura lainnya kiriman si bungsu. Sebenarnya di kampus Tohoku Katahira juga banyak pohon sakura, berhubung masih libur, dia belum datang ke kampus lagi. Semoga nanti sempat menfoto bunga sakura di kampusnya.
Itulah mengapa, setiap musim sakura tiba, banyak orang berbondong-bondong datang ke Jepang untuk melihat bunga sakura yang sedang mekar. Tidak hanya penduduk Jepang, para turis dari berbagai belahan dunia juga ikut datang untuk menyaksikan keindahan bunga sakura. Bunga itu hanya mekar di bulan-bulan tertentu saja, yaitu sekitar bulan Maret hingga April.
Namun untuk tahun ini, pandemi covid 19 yang mendera seluruh dunia, memaksa pemerintah Jepang menutup pintu perbatasannya. Turis dari mancanegara termasuk Indonesia, tidak bisa menikmati keindahan bunga sakura seperti tahun-tahun sebelumnya.
Oya, setiap tahun pemerintah Jepang mengeluarkan kalender yang berisi prediksi mekarnya bunga sakura di berbagai wilayah di Jepang. Progres musim bunga sakura dipantau secara ketat. Badan meteorologi di negara itu juga mengumumkan perkiraan pertama bunga mekar dan puncak musim sakura di berbagai wilayah di Jepang.
Bagi bangsa Jepang, sakura tak sekedar bunga. Di balik keindahannya, bunga sakura memiliki arti yang dalam bagi bangsa Jepang. Masyarakat setempat menganggap, bunga sakura sebagai lambang kehidupan, kematian dan pembaruan. Atau secara filosofis dilambangkan sebagai siklus kehidupan.