Mohon tunggu...
Selfiana
Selfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya merupakan seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 Ilmu Gizi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Postpartum Anxiety Mempengaruhi Kelancaran ASI

21 Januari 2024   00:01 Diperbarui: 21 Januari 2024   00:24 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ASI atau air susu ibu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu sebagai nutrisi untuk bayi, yang efisiennya diberikan selama masa 2 tahun pertama kehidupan. Periode kritis atau periode yang paling penting dalam kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan manusia berlangsung pada dua tahun pertama kehidupan yang sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang baik. Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), anak-anak harus mendapat ASI selama enam bulan pertama tanpa tambahan makanan lain dan dilanjutkan sampai berusia dua tahun. Oleh sebab itu, penting bagi bayi untuk mendapatkan nutrisi yang tepat untuk membantu pertumbuhannya. Bayi harus diberi ASI selama minimal 6 bulan dan terus dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Kesuksesan dalam pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan sesuai saran WHO dapat tercapai apabila ketersediaan ASI lancar.

Menyusui merupakan salah satu cara untuk mendukung kesehatan bayi. Cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan imunologi kepada bayi yaitu dengan cara menyusui karena air susu ibu (ASI) dapat berguna untuk melawan berbagi macam penyakit pada bayi. Dalam penelitian Umboh 2013 menyatakan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pokok bagi bayi karena mengandung semua nutrisi dan antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit. ASI juga dapat dianggap sebagai bentuk vaksinasi awal, karena mengandung berbagai zat kekebalan, termasuk imunoglobulin untuk mencegah berbagai macam penyakit maka perlu diberikan ASI kepada bayi dengan cara yang optimal.

Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan satu jam pertama kehidupan sangat bermanfaat bagi bayi. Manfaat ASI diperoleh sebagai antibody dan menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar 1,5 juta bayi meninggal setiap tahun karena tidak mendapatkan ASI, dan yang paling dikhawatirkan adalah bayi yang tidak diberi ASI akan rentan terkena diare dan penyakit pernafasan. Maka penting sekali peranan ibu dalam memberikan ASI untuk mencegah terjadinya penyakit yang mengancam masalah kesehatan pada bayi.

Kecemasan pada ibu pasca melahirkan (postpartum) merupakan kekhawatiran yang berkaitan dengan perasaan cemas, takut, dan gelisah. Pada ibu postpartum dapat mengalami kecemasan,takut dan gelisah pada saat merawat bayi maupun selama menyusui karena berbagai faktor salah satunya tingkat dukungan sosial. Menurut data Riskesdas, prevalensi atau jumlah gangguan mental seperti depresi dan kecemasan pada ibu pasca melahirkan di Indonesia mencapai sekitar 19,8% dari total populasi penduduk yang berjumlah 14 juta. Menurut Rohani (2008), memberikan dukungan kepada ibu merupakan faktor krusial yang dapat berpengaruh pada keputusan ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Dukungan ini dapat berasal dari lingkungan sekitar, keluarga, dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan sosial agar ibu merasa tenang, tidak cemas, tidak takut dan tidak gelisah, serta perlu meningkatkan kesadaran tentang masalah kecemasan pada ibu postpartum.

Banyak persiapan yang dapat dilakukan oleh ibu setelah melahirkan, termasuk menjaga stabilitas psikologis. Meskipun fokus utama adalah persiapan untuk menyusui bayi, beberapa ibu mungkin menghadapi kecemasan yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Ketika menyusui, penting bagi ibu untuk memelihara pikiran positif dan kondisi mental yang tenang guna menjaga stabilitas psikologis, sehingga kecemasan tidak menjadi hambatan. Psikologis ibu memiliki kaitan dengan hormon yang memengaruhi produksi ASI, seperti yang diungkapkan dalam penelitian Kamariyah (2014). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi psikologis yang baik pada ibu dapat memfasilitasi proses menyusui dan merangsang produksi ASI karena peningkatan hormon terkait selama menyusui. Oleh karena itu, menjaga stabilitas psikologis ibu pasca melahirkan menjadi krusial agar tidak terjadi kecemasan yang berpotensi memengaruhi pemberian ASI.

Kecemasan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan (pospartum) akan berdampak pada produksi air susu ibu (ASI). Apabila ibu merasa cemas dan stress, maka produksi ASI bisa terhambat. Sebaliknya, ASI akan terproduksi dengan lancar jika ibu merasa nyaman. Menurut Tasya (2008), tiga orang dapat membantu ibu yang baru melahirkan: pasangan, keluarga, dan profesional kesehatan. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mengatasi kecemasan dan stres agar produksi ASI tetap lancar salah satunya dengan cara motivasi yang kuat, dukungan dari suami dan keluarga, serta keinginan yang tulus dan tinggi dari ibu untuk bayinya.

Kecemasan pasca melahirkan merupakan salah satu penyebab ASI tidak lancar. Ketika seorang ibu mengalami kecemasan berlebihan, hal ini memiliki dampak yang signifikan pada Proses memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi dapat diparafraiskan sebagai pemberian nutrisi melalui menyusui. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iin Febrina pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kelancaran pengeluaran ASI pada ibu yang baru melahirkan dapat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan. Temuan ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Salat & Suprayitno pada tahun 2019, yang menemukan bahwa lebih dari separuh ibu menyusui mengalami kesulitan dalam pengeluaran ASI akibat kecemasan. Salah satu strategi untuk menjaga kelancaran ASI adalah dengan mempertahankan kesehatan mental ibu, menghindari stres, kecemasan, dan kekhawatiran berlebihan.

Asupan makanan yang dikonsumsi ibu pada masa menyusui harus bergizi dan cukup energi untuk untuk mendukung kesehatan ibu menyusui. Hal ini dikarenakan selama menyusui, ibu tidak hanya memberikan nutrisi kepada dirinya sendiri namun juga kepada bayinya. Berdasarkan data Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2013, pada 6 bulan pertama ibu membutuhkan penambahan asupan energi sebanyak 330 kkal kemudian 6 bulan kedua sebanyak 400 kkal. Menambahkan 20 gram protein per hari, 10 gram lemak per hari, dan 40 gram karbohidrat per hari, bersama dengan vitamin dan mineral tambahan, dapat mendukung peningkatan asupan gizi pada ibu yang sedang menyusui. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu yang menyusui untuk mengonsumsi makanan berkualitas tinggi gizi dan memastikan asupan energi yang mencukupi, guna memberikan nutrisi optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Makanan yang dikonsumsi ibu pasca melahirkan haruslah memenuhi kebutuhan nutrisi untuk kelancaran air susu ibu (ASI). Asupan makanan dapat berperan dalam memengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI), di mana kebutuhan kalori harian ibu seharusnya terbagi menjadi 60-70% karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini berasal dari makanan yang dikonsumsi sepanjang hari. Sesuai dengan pendapat Vivian, 2010 bahwa ibu menyusui membutuhkan nutrisi yang cukup, dan gizi seimbang. Makanan ibu harus memenuhi jumlah asupan nutrisi sesuai anjuran untuk membentuk produksi ASI yang baik.

Peran makanan terhadap ASI sangat penting karena makanan yang dikonsumsi oleh ibu pasca melahirkan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air susu ibu (ASI) yang dihasilkan. Selain itu, pemenuhan kebutuhan gizi ibu juga berhubungan dengan kelancaran produksi ASI. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia (2011), Menyusui adalah metode alami untuk memberikan makanan dan minuman pada bayi sejak lahir. Selama menyusui, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan nutrisinya sendiri, tetapi juga memproduksi ASI untuk bayinya. Oleh karena itu, pentingnya pola makan seimbang dan bergizi bagi ibu pasca melahirkan untuk mempersiapkan kelancaran ASI pada proses menyusui.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun