Akhir-akhir ini, pilkada sudah menjadi bahan perbincangan orang banyak. Karena pemilihan kepala daerah kali ini dilakukan secara serentak di seluruh kabupaten/kota. Tidak hanya itu, pemilihan kepala daerah tidak hanya dilakukan tingkat kabupaten/kota. Tetapi sekaligus pemilihan gubernur dan wakil gubernur ditingkat provinsi diwaktu yang sama yakni, 27 November 2024.
Pemilihan kepala daerah (pilkada) yang dilakukan secara langsung merupakan pilar penting dalam tubuh demokrasi. Sistem ini memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat di masing-masing daerah memilih pemimpin secara langsung. Sehingga suara rakyat menjadi tolak ukur untuk membuat dan mewujudkan suatu kebijakan daerah.
Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan temanku waktu saya masih sekolah menengah pertama (SMP) di salah satu warung kopi yang ada di kota medan. Awalnya, kami saling menanyakan kabar dan juga pendidikan yang telah kami tempuh hingga saat ini.
Ternyata teman saya itu menyelesaikan studi pendidikan strata satu (S1) di salah satu universitas yang ada di kota Medan dan kebetulan dia mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan. Mendengar perjalanan pendidikannya, saya yang hanya menyelesaikan studi pendidikan S1 yang ada di kampung halaman merasa minder.
Lanjut cerita, temanku itu bertanya kepada saya, bro sebentar lagi kita merayakan pesta Demokrasi dalam rangka pemilihan calon Bupati dan calon Wakil Bupati serentak termasuk daerah kita (ujarnya). Kalau boleh tau, siapa kira-kira yang bro dukung nantinya?
Untuk menentukan dukungan kepada salah satu Paslon, untuk saat ini masih belum bro dan biarpun ada itu adalah privasi. Karena menentukan pilihan itu tidak boleh diketahui oleh siapapun apalagi dinamika politik yang sudah mulai memanas, "jawabku sambil tersenyum".
Sambil menikmati secangkir kopi yang sudah kami pesan, cerita kami pun berlanjut. Dengan rasa kopi yang begitu manis, cerita kami semakin asik, cerita nya tidak lain dan tidak bukan fokus pada politik dan perpolitikan pemilihan kepala daerah (Pemilukada) 2024.
Dalam bahasan kami yang awalnya hanya sebatas Evoria suasananya menjadi serius karena disamping meja kami ada juga sebagian orang yang membicarakan tentang pilkada. Dengan itu, kami seakan terbawa suasana pada cerita mereka itu, akhirnya kami juga ikut mendalami bahasan kami dari awal.
Singkat cerita, temanku itu mengingatkan saya tentang cara berpolitik dan perpolitikan para calon kontestasi Pemilukada 2019 yang menurutnya kurang elok. Dia pun mengingatkan saya visi misi para calon kontestasi Pemilukada 2019 yang sudah mereka susun rapi dan ditawarkan kepada masyarakat yang pada akhirnya tinggal janji semata setelah mereka berhasil memenangkan kontestasi Pemilu tersebut.
Menurut temanku itu dia mengatakan "masih banyak visi misi yang sudah ditawarkan kepada masyarakat pada saat kampanye politik 2019 masih belum terealisasi". Sehingga dia mengajak saya untuk memilih pemimpin nantinya dengan menggunakan hati nurani, tanpa dipengaruhi oleh politik uang, politik keluarga dan segala jenis rayuan politik yang lainnya.
Dengan memahami cerita temanku itu secara akal sehat, dalam hati saya berkata "oh, benar juga ya ucapan nya itu". Yang namanya saling bertukar pikiran saya pun mengatakan sama temanku itu "itu sudah berlalu bro dan fenomena politik yang lalu kita jadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih pemimpin daerah kita di bulan November 2024 nanti.