Mohon tunggu...
selestin nisfu
selestin nisfu Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Epidemiologi Kesehatan

on learning process. love every little things to write in.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Makna "Opor Ketupat" Jadi Hadiah Favorit Bertetangga Menjelang Lebaran

8 Juni 2018   14:14 Diperbarui: 8 Juni 2018   14:19 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Renny Movita on 500px

Malam hari raya menjelang lebaran, menjadi malam bagi -- bagi hadiah. Ya, berbagi hadiah opor dan ketupatnya masih jadi primadona pada musim menjelang lebaran. Sekilas hal yang biasa, tapi kegiatan ini rutin berlangsung hampir di beberapa daerah. 

Kegiatan berbagi makanan khas lebaran dari satu tetangga ke tetangga lainnya. Mungkin sudah menjadi tradisi, dan membagi masakan merupakan hal yang biasa. Tapi saya menilainya sebagai bentuk hadiah, harmonisasi kehidupan bertetangga.

Bagaimana sebenarnya asal mula ketupat menjadi makanan yang selalu ada saat moment Ramadhan?

Sunan Kalijaga yang pertama kali memakai tradisi ketupat (kupat) sebagai media penyebaran islam. Berdasarkan kisah, ketupat merupakan ungkapan bahasa Jawa yang berasal dari kata "ku = ngaku" (mengakui) dan "pat = lepat" (kesalahan). 

Pada waktu itu banyak masyarakat masih meyakini ke sakralan ketupat. Kesakralan ketupat dinilai dari beberapa wilayah yang hanya menyajikan panganan itu pada musim tertentu, bahkan masyarakat Bali menjadikannya sebagai sesajen. Seiring berjalannya waktu, dan terjadi perpaduan antara budaya dan keyakinan, akhirnya membuat makna "Sakral ketupat" bergeser menjadi tradisi islami. Dan makanan primadona umat islam saat momen lebaran.

ilustrasi : Renny Movita on 500px
ilustrasi : Renny Movita on 500px
Sembari bapak -- bapak dan pemuda -- pemuda takbiran di malam hari raya. Ada si ibu yang dengan kesibukannya mulai menuang masakannya ke banyak mangkuk -- mangkuk yang ditaruh diatas nampan. Sambil repot meminta anak perempuannya membagikan mangkuk masakan ke tetangga --tetangga sekitar. Kalau di keluarga tidak punya anak perempuan, biasanya ibunya sendiri yang melakukan tugas sebar hadiah -- hadiah masakan. 

Setiap rumah, bermotif yang sama untuk ikut membagikan masakan. Tidak terkecuali yang diantar masakan, juga sudah menyiapkan masakannya yang ingin diantar juga ke tetangga. Alhasil. Terbentuklah tradisi saling tukar isi mangkuk masakan. :')

Alhamdulillah, SOP masakan malam takbiran tiap rumah ter-standar nasional. Yaa. ketupat, rendang, sayur kerecek, dan opor. Sehingga hal ini mempermudah proses pengawetan makanan, kalau -- kalau makanan tersebut tidak habis dalam sehari. Biasanya ibu suka mencampur bersama masakan tetangga - tetangga yang sejenis dalam satu panci untuk diangetin supaya awet. :))

Dan.. berbagi makanan ini sudah menjadi tradisi yang dapat mempererat tali silaturahmi sesama umat bertetangga. Saya menilainya sebagai hadiah "handmade" para ibu -- ibu untuk keluarga dan tetangga sekitarnya. Terima kasih para ibu -- ibu yang kreatif dan inisiatif. Jangan hilang ya budaya ini selama masih dilimpahkan rezeki dan nikmat sehat.

Dan buat anak -- anak serta ayah, jangan coba -- coba hari terakhir makan di luar (masih ada bukber di luar), kalau gak pengen liat kaum ibu -- ibu jadi ngambek bete dan gak mau masakin lagi buat makan bersama. Haha serem lah kalau perempuan udah bertanduk. :))

sumber : @radiomuslimjogja
sumber : @radiomuslimjogja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun