Bagaimana rasanya menjadi yang terakhir ? Bagaimana rasanya ketika kamu bangun dari tidur, kamu mengetahui bahwa kamu adalah salah satu manusia yang terakhir di dunia ini ?
Manusia memiliki rasa dan jiwa. Manusia memiliki emosi dan empati. Rasa kesepian tentu bukan suatu rasa yang mudah diperi. Manusia seegois apapun butuh manusia lain. Untuk dia bicara dan saling bercerita. Untuk bertukar kabar dan saling dengar. Manusia butuh manusia lainnya.
... ... ...
Tempo hari dalam salah satu twit di suatu akun yang saya ikuti, saya melihat gambar (twitpic) yang pada detik itu juga menginspirasi saya untuk menulis artikel ini. Gambar itu berisi sekelompok tentara yang menjaga seekor badak. Para tentara bersenjata lengkap dan berjaga di sekelilingnya. Caption dari gambar itu begitu menyentuh.
Bodyguards protecting one of the last six remaining Northern White Rhinos on Earth
Satu dari enam yang terakhir ? Sedemikian parah kah ?
Saya membayangkan hari-hari dimana sang badak berkeliaran. Hilir mudik iya mencari makan. Dia bertemu makhluk hidup lain. Bertemu hewan-hewan yang berkoloni. Bertemu hewan yang berpasangan satu sama lain. Lalu dia berhenti, pada suatu semak, mengintip diantara bayang hewan berlarian.
Kemana aku yang lain ?
Saya tidak mengetahui secara pasti apakah hewan memiliki rasa dan emosi seperti manusia. Tapi, setidaknya, dengan respon adaptasi dan reproduksi yang setiap makhluk hidup punya, Badak Putih Utara tentu akhirnya tahu bahwa ada yang salah.
Berangkat dari keprihatinan saya kemudian melakukan pencarian di dunia maya. Dari beberapa artikel yang saya baca saya menemukan bahwa dari enam Badak Putih Utara, hanya satu yang merupakan jantan. International Union for Conservation of Nature (IUCN) sudah mengategorikannya sebagai hewan yang langka.
Tentu saja