Memulai dengan bahasa marketing: kalau kamu ingin belajar tentang bagaimana kamu bisa mengokupasi keywords terkait industri dan menjadi raja di niche mu, maka belajarlah dari Indosiar.
Ikan besar di kolam yang besar
Sudah bukan rahasia lagi, kalau Indosiar memiliki label sebagai stasiun televisi yang menghasilkan tayangan-tayangan berkualitas 'rendah'. Orang akan sulit lupa tentang siaran-siaran sinetron orang naik elang  atau narasi yang selalu didubbing kan ala film silat masa lampau. Atau, siapa bisa lupa dengan sinetron ala Bollywood dimana para pemerannya senang sekali bernyanyi di taman atau dalam deras hujan?
Kualitas tayangan tersebut membangun sekaligus menyakiti reputasi Indosiar sebagai sebuah merek. Banyak orang nyinyir berpendapat manajemen Indosiar tidak merasa ingin bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa lewat tayangan berkualitas.
Tentu bukan tanpa kebetulan bahwa Indosiar selalu merilis konten-konten model begitu. Mereka sadar bahwa konten begitu lah yang disukai para pemirsanya. Walau bisa jadi karena pemirsanya tidak punya pilihan lain, maka mereka menyukai konten-konten begitu. Terus berputar di lingkaran.
Sewaktu saya di Pekalongan saya menjadi saksi, diantara kepungan berbagai siaran lain, masyarakat, yang berasal dari kalangan petani, nelayan, pekerja serabutan, pekerja batik, para remaja yang pulang sekolah, lebih memilih meluangkan waktu menonton orang naik elang di Indosiar. Plus tayangan gosipnya.
Cukuplah Pekalongan, sebagai sebuah kabupaten yang lambat berkembang, menjadi representasi yang cukup menggambarkan betapa besar kecintaan masyarakat menengah bawah pada Indosiar.
Namun, lambat laun Indosiar berubah dan apa yang mereka capai sekarang malah lebih hebat dari sebelumnya. Semua bermula dari Nazar dan kawan-kawan berdangdutnya. Dan tentu saja jangan lupakan bang Ipul kita tersayang.
Lewat tayangan D'Academy, Bintang Pantura, D'Terong, dan berbagai acara dangdut lainnya. Indosiar semakin mengukuhkan dominasinya di segmen pasar proletariat ini. Menjadi raja yang berkuasa. Bahkah sepeninggal bang Ipul dengan kasus hap-hap nya, Indosiar tetap berjaya.
Masyarakat kabupaten Pekalongan dan Indonesia secara khusus tidak mencintai Indosiar karena bang Ipul dan Nazar belaka. Mungki juga bukan karena Soimah dan Rina Nose. Alih - alih kemolekan Raisa dan Isyana, kita disuguhi dengan Lesti Cianjur dan Evi Masamba.
Kenapa saya bilang lebih hebat?
Dengan tetap berfokus pada segmen pasar, konten, dan konteks tayangan yang sejenis, bahkan ketika Indosiar merambah produk 'mewah' Stand Up Comedy, Indosiar malah makin dicintai. Dan berkat tayangan bercanda-sambil-berdiri itu, Indosiar malah dengan cerdas dan halus masuk ke pasar yang lebih luas.