Mohon tunggu...
Nurul Selen Azizah ASP
Nurul Selen Azizah ASP Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Planologi ITS 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penduduk Membeludak, Lalu di Mana Kita Akan Tinggal?

12 Desember 2015   07:16 Diperbarui: 25 Desember 2015   08:16 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah kependudukan memang tidak ada habisnya untuk dibahas, populasi manusia di dunia setiap tahun terus bertambah, bahkan para ahli memperkirakan 25 sampai 30 tahun kedepan Indonesia akan mengalami “Bonus Demografi”. Apa itu bonus demografi? Bonus demografi adalah suatu keadaan dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Berdasarkan paparan Surya Chandra, anggota DPR Komisi IX, dalam Seminar masalah kependudukan di Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bahwa jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya 60 juta. Selain itu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengatakan, meningkatnya jumlah penduduk pada tahun 2035 tersebut menyebabkan Indonesia menjadi negara kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang semakin bertambah ini menyebabkan segala aspek yang mendukung pertumbuhan penduduk harus semakin membaik. Aspek yang harus dipenuhi oleh penduduk itu adalah kebutuhan tempat tinggal. Kita tahu bahwa pertambahan penduduk ini tidak diiringi dengan pertambahan luas wilayah atau secara kasarnya wilayah tempat tinggal kita ini tidak berubah. Keadaan ini akan menimbulkan ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan lahan. Lalu bagaimana Indonesia bisa mengatasi masalah yang semakin kompleks ini?.

Dalam menghadapi Bonus Demografi ini, Indonesia harus menyikapi dengan sikap positif sebab pada dasarnya bonus demografi ini memberikan keuntungan antara lain melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan keadaan ini masyarakat Indonesia diharapkan memiliki pendapat perorangan yang dapat menyokong hidupnya agar kebutuhan akan tempat tinggal dapat terpenuhi.

Lalu bagaimana model tempat tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat?. Model tempat tinggal yang pembangunannya vertikal bisa menjadi salah satu pilihan. Apartemen atau flat bisa menjadi tempat tinggal yang menghemat penggunaan lahan tanpa mengesampingkan kebutuhan akan ruang terbuka hijau.

Developer harus menciptakan apartemen atau flat yang ramah lingkungan, apabila wilayahnya sangat terbatas perusahaan bisa menciptakan vertikal garden pada bangunannya. Sekarang ini model vertikal garden sudah semakin berkembang dan terbukti dapat mengurangi sedikit demi sedikit kebutuhan akan ruang terbuka hijau, selain itu vertikal garden ini juga bisa menghemat lahan sehingga lahan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

Memang apartemen ini hanya dapat dijangkau oleh kaum menengah ke atas, tapi 25-30 tahun kedepan masyarakat Indonesia harus merealisasikan prediksi para ahli yaitu meningkatnya kesejahteraan setiap masyarakat. Jika ini tidak memungkinkan maka pemerintah bisa menyediakan rumah susun dan menghimbau masyarakat untuk tinggal di rumah susun. Tapi, rumah susun ini juga harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat akan fasilitas penunjang. Seperti tempat bermain anak, fasilitas kesehatan, perdagangan dan jasa, dan jangan lupakan Ruang Terbuka Hijau. Rumah susun di atas ini bisa menjadi salah satu refrensi. Kendala dari rumah susun ini adalah pensosialan ke masyarakat agar mau tinggal di rumah susun. Pemerintah harus mengajak masyarakat dalam pembangunan dari awal. Pemerintah bisa mengajak diskusi dengan masyarakat dengan memberikan permasalahan bagaimana mereka tinggal ditempat yang kecil sehingga ini dapat membuka pemikiran masyarakat bahwa rumah susun bukan sesuatu yang buruk.

Pada dasarnya semua itu tergantung pada masyarakat yang bersangkutan. Dengan adanya berkah ini, bagaimana kita menyikapi dan menghadapinya. Apabila kita tidak bisa mengatasinya maka berkah bonus demografi ini bisa menjadi bumerang bagi Indonesia. Kesadaran masyarakat sangat diperlukan, walau kontribusi pemerintah sangat banyak dan membantu sedangkan masyarakat tidak sadar maka semua itu akan jadi percuma. Kita tidak bisa hanya bergantung pada alam, kondisi alam akan tetap sedangkan manusia terus bertambah apabila kita tidak merawat dan hanya bergantung maka manusia akan musnah satu demi satu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun