Catatan ini tentang kejadian lebih dari satu tahun yang lalu. Pertengahan tahun 2015-pertengahan tahun 2016 adalah masa paling sibuk buatku. Maka pengalaman lama baru kutulis hari ini, sekalian mengaktifkan kembali kegiatanku menulis di Kompasiana.
Oktober kemarin, tepatnya tanggal 29 Oktober, aku dan adikku berangkat ke Malaysia bersama dengan guru pianoku dan adiknya – yang juga guru piano adikku. Tujuan kami ke Malaysia adalah untuk mengikuti lomba piano. Dan pastinya kami juga jalan-jalan, hehehe – ini karena lomba pianonya itu di hari Sabtu, sehingga masih ada waktu paling tidak 2 hari untuk jalan-jalan.
klik video lama ini: latihan di rumah untuk konser di Singapura 2014
Hari pertama, kami belum ke mana-mana karena sampai di Malaysia sudah sore. Hari kedua, kami pergi ke tempat latihan untuk lomba besok harinya. Di hari ketiga, aku dan adikku tampil dalam lomba piano. Puji Tuhan dapat medali emas, he he he.
Hari keempat, kami mengunjungi Petronas (Twin Tower), dan berkeliling kota. Sorenya, kita makan malam di Bukit Bintang, suatu tempat dengan banyak sekali restoran. Di sana kami menikmati hiasan lampion-lampion yang bagus, mirip seperti Petaling Street.
Awalnya kami sempat mau ke Genting (Genting Highland) -- tetapi menurut Cici Lia (guru pianoku), Genting itu jauh. Kalau ke sana kami harus ada waktu sehari penuh. Dalam hati aku sempat kecewa juga karena aku pengin sekali ke Genting. Tapi ya sudahlah, lain waktu kalau liburannya panjang.
Hari kelima, sore-sore kami berjalan menuju Petaling Street (China Town) untuk membeli oleh-oleh. Di Malaysia, aku mencoba roti khas India -- namanya Roti Canai. Roti Canai itu seperti tepung lalu dimakan pakai kari. Enak, sih. Rotinya ada berbagai macam rasa, dan aku mencoba rasa telur bawang dan butter.
Aku juga mencoba restoran yang disebut lok lok (aku enggak tau tulisannya bagaimana). Jadi kita mengambil sendiri makanan yang kita mau (masih mentah, tapi sudah ditusuk seperti sate. Ada daging ayam, udang, dan lain-lain). Lalu nanti pegawainya akan membakar atau merebus makanan yang kita pilih, dan kita akan makan pakai semacam saus. Enak, lho. Adikku yang susah makan saja, bisa makan lahap di lok-lok itu.
Oh, ya -- sebenarnya, Malaysia itu enggak beda jauh dengan Indonesia. Disana banyak sekali orang-orang yang merokok. Cuacanya pun juga sama. Hanya bedanya, saat aku ke sana sedang musim hujan.
Saat aku ke Petaling Street, ada gantungan kunci yang bertuliskan kalimat bermakna “orangutan itu punyanya Malaysia.” Kan ngeselin! Lalu, ada gambar batik di Bandaranya. Kaya’ batik punya Malaysia aja! Batik, menurutku yang terkenal punyanya Indonesia. Aku khawatir itu plagiasi. Jadi, mau bagaimana pun juga aku bangga dengan Indonesia.