Hingga saat ini saya masih menelisik jauh ke belakang dengan rentang waktu perjalanan Kompasiana sebagai blog rame-rame, untuk melihat jauh ke depan kalau boleh di kata visioner seorang kompasianer, bahwa ada sosok yang sulit ditelan oleh waktu berkat keberanian dan kelugasannya memberikan informasi aktual yang realisitis, demi membela sebuah komunitasnya yang terus terhimpit kebijakan yg tak pernah berpihak kepada komunitas itu, siapa lagi kalau bukan kaum marjinal yakni para petani gurem.
Ia rela berbulan-bulan lamanya meninggalkan istri dan anak-anaknya demi memperjuangkan kaum tani itu. Tak ada kata keluh kesah dalam dirinya sewaktu bertemu dengannya. Kesederhanaannya adalah merupakan aktualisasi yang bukan hanya symbol tapi ia paham bahwa kesederhanaan itu harus terbukti dan berbanding lurus dengan kaum tani yang ia bina selama ini. Tak jarang pula, ia nyaris dalam intaian pihak-pihak yang bermaksud meng-counter aktifitasnya yang sarat dengan gerakan militan dalam melawan kebijakan pemerintah (Negara).
Banyak yang mengaku aktifis LSM-NGO di negeri ini, namun ketika duit telah berbicara idealisme mereka telah luntur terdegradasi oleh materi yang menjanjikan. Tetapi tidak untuk si Caping yang satu ini, begitu saya juluki. Dengan bekal pendidikan yang ia selesaikan di Fapet Unpad Bandung, pengalaman kerja sebagai Staff Lapangandi World Bank selama 4 tahun lalu di tambah dengan keberaniannya dalam mencari dan menemukan sebuah kebenaran absolute khususnya dalam membela hak-hak kaum tani adalah sebuah modal berharga yang memberikan sebuah energy yang mumpuni untuk ia berjuang di sebuah Non Government Organization (NGO) yang ia dirikan. NGO itu ia namakan Petani Center. Sekedar informasi, bahwa Ia adalah anak dari salah seorang pejuang veteran yang juga pendiri pandu dunia yang saat ini bernama “Pramuka”, namun karena Ayahnya juga sosok sederhana, begitu pula anaknya yang tidakj pernah butuh pengakuan”.
Saya pribadi hanyalah seorang sahabat lama yang saat ini berdomisili di Kabupaten Kepulauan Selayar, dan justru itu Dia-lah yang memberikan saya sebuah dorongan untuk terus menulis di kompasiana. Dan inilah account saya yang Ia sempau buatkan saya untuk saya bisa memberikan informasi yang terus dinamis seputar Kabupaten Kepulauan Selayar. Memang saya akui sangat jarang saya menulis di Kompasiana ini karena kesibukan saya yang juga sebagai contributor salah satu media elektronik “contrend” di Selayar. Tapi walaupun begitu setiap saat saya terus mengikuti perkembangan tulisan-tulisan yang terus update di Kompasiana, khsususnya tulisan sahabat saya itu’.
Ada yang menarik yakni, ketika saya bertemu dengan Bapak Bupati Selayar H. syahrir Wahab baru-baru ini, awal pertemuan itu justru teman saya itu yang pertama beliau cari dengan berkata “Bagaimana kabar Imansyah Rukka itu?’ saya salut dengan konsep dan pemikirannya yang sangat visioner, tulisan2nya saya perintahkan kepada staf saya untuk di kliping”, biar saya bisa mengambil pelajaran dari pemikirannya”, salam saya kepada beliau”. Saya pun menjadi heran bercampur salut dengan sahabat saya itu. Terus terang saja, ia adalah pribadi yang sangat low profile namun tida segan-segan ia menerjang ketidak benaran yang semena-mena terhadap orang kecil.
Itulah kisah seorang kompasianer yang akrab saya panggil “Si Caping” yang kumuh, namun terbukti sempat membawa nama kompasiana menjadi lebih besar di lingkup propinsi sulsel. Bahkan saya amati saat ini ia mulai merapai di lingkungan Istana RI 1. Keberaniannya tak tanggung-tanggung. Apa yang ia katakana, selalu ia buktikan”. Malah ada prinsip semboyan bugius yang ia pegang dan sesekali ia ucapka yakni “Iya Ada Iya Gau” artinya : Apa yang telah kita ucapkan, haruslah kita buktikan”. Namanya sangat identik dengan kompasiana dan Petani Center, kalau saya katakan “three in one’”. Di kantor-kantor pemerintah, universitas, sekolah, warung kopi hingga para kelompok tani di pedesaan nama kompasiana sudah tidak asing lagi. Semua itu ia lakukan demi untuk mencari dan menemukan inspirasi untuk ia tulis lalu publikasikan. Baginya, ia akan selalu memberikan yang terbaik dalam hidup ini, termasuk memberikan tulisan-tulisan yang bermanfaat buat para petani agar masa depan petani yang di dibinanya menjadi lebih baik.
Selamat HUT Yang Ke-2…Kompasiana, Yang kecil itu justru akan menjadi besar..maka itu jangan remehkan yang kecil, karena justru ia akan diperhitungkan kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H