Siapakah yang cocok dampingi Prabowo Subianto jadi Cawapres? Prabowo sebagai seseorang yang ingin maju sebagai presiden memang perlu memilih Cawapres yang tepat. Tepat yang bagaimana?
[caption id="attachment_307268" align="aligncenter" width="620" caption="Dahlan Iskan (dok.kompas)"][/caption]
Citra Prabowo kurang Kuat di Media?
Setelah bergabungnya Partai Nasional Demokrat ke gerbang dukungan untuk Jokowi, maka basis media yang dimiliki Partai ini. Mungin sudah menjadi rahasia umum atau mungkin sebuah kewajaran jika seorang politisi yang memiliki media atau dekat dengan media akan mendapat sokongan pencitraan. Kita bisa lihat bagaimana berita Metro TV dan Media Group tentang Partai Nasdem, Hanura di MNC Group-nya, Bakrie dengan TVOne dan Viva Group-nya.
Bahkan yang mungkin bisa terlihat bagaimana setelah jelas Koalisi Nasdem mendukung Jokowi, pemberitaan hingga sesi Dialog tentang Jokowi mulai banyak mendapat porsi. Nah, jika ternyata Partai Golkar merapat mendukung Jokowi maka porsi pencitraan Jokowi akan semakin banyak.
Lebih-lebih jika ditambah dengan masuknya Hanura meski mungkin kursinya tak seberapa dibanding Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) namun sokongan media yang dekat dengan Hanura cukup bisa membantu. Itu kalau mungkin niat Hary Tanoe sebagai orang penting di ahnura yang juga orang penting di MNC Group tahun ini hanya memperkuat pencitraan untuk gelaran Pilpres 2019. Jika Petanya akan seperti itu maka hampir semua media-media besar itu akan menjadi alat pencitraan Jokowi.
Mencari media netral mungkin butuh perjuangan saat ini saat banyak pemilik media, orang penting di media hingga yang dekat dengan media mulai menjadi politisi. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai pengawas yang berhak menegur dan menghentikan sebuah acara mungkin juga perlu kekuatan lebih untuk berani tegas pada media yang cenderung sebagai alat pencitraan bukan hanya peringatan-peringatan.
Bahkan Pak Jamil Azzaini yang seorang Inspirator SuksesMulia juga memberikan pandangannya melalui Twitter beliau tentang bagaimana kondisi media saat ini yang mungkin kurang objektif.
[caption id="attachment_307267" align="aligncenter" width="531" caption="Tweet Jamil Azzaini & Tanggapannya (dok.twitter)"]
Prabowo dengan partai Gerindra-nya jika dilihat di perolehan suara mungkin seharusnya bisa mendapat lebih suara, karena cara pencitraan dan marketing partai/Prabowo yang menggunakan banyak dana namun kurang sebanding dengan perolehan suara. Memang jelas perlu disyukuri karena nilai pencitraan yang bertambah kuat dan posisi partai dalam perolehan suara meningkat.
[caption id="attachment_307266" align="aligncenter" width="620" caption="Dahlan Iskan (dok.kompas)"]
Prabowo perlu memikirkan Cawapres yang kuat pula di media. Dahlan Iskan mungkin bisa jadi pilihan tepat. Saat Dahlan Iskan memutuskan ikut konvensi dan maju sebagai Calon Presiden meski mungkin tak terlalu terobsesi namun media Jawa Pos Group kita bisa lihat bagaimana menjadi gerbong dukungan dan pencitraan hingga marketing Dahlan Iskan.
Pencitraan Dahlan Iskan via Jawa Pos Group ini bisa dilihat dari mobil-mobil yang tertulis media ini juga terlihat gambar Dahlan Iskan. Memang terlihat kurang elok dalam etika jurnalis namun bisa jadi hal ini wajar karena Dahlan iskan termasuk orang yang cukup penting di media tersebut layaknya seperti Surya Paloh, Aburizal Bakrie, hingga Hary tanoe dengan media-media group mereka.
Kekuatan marketing pencitraan Prabowo bisa jadi penyeimbang jika digabungkan dengan Dahlan Iskan yang mana di sisi lain akan terjadi seperti perang pencitraan Jawa Pos dengan media-media lainnya yang mungkin juga terlihat merapat ke Jokowi.
Bagaimana dengan Hatta Rajasa atau dengan Calon lainnya? Mungkin Prabowo perlu memikirkan kekuatan dan kelebihan sang calon. Hatta Rajasa mungkin bagus, namun perolehan suara PAN belum tentu semuanya karena beliau. Hal ini bisa terlihat bagaimana strategi menggunakan artis yang digunakan PAN juga efektif untuk mengdongkrak suaranya. Di sisi lain mungkin saja PAN belum begitu kuat mendukung Hatta Rajasa sejak dulu untuk Capres, karena dulu saya mengetahui di Kota Malang ada salah satu caleg asal PAN namun ternyata mendukung jadi relawan Jokowi. Entah di tempat lainnya yang memang perlu dilihat secara kompleks bukan hanya pengaruhnya daerah sekitar ibukota.
Kelebihan Dahlan Iskan mungkin yang bisa dilihat selain jaringan Media yang mungkin akan mendukungnya adalah suara yang memilih PKB pada Pemilihan Anggota Legislatif  di  Jawa Timur bisa jadi akan berhitung untuk memberikan suaranya ke Dahlan.
Nah, jika Prabowo jadi mengusung dengan Dahlan Iskan kita bisa melihat hal menarik di media. Jika Iklan politik mungkin tak efektif dibanding dengan berita, karena jika masuk berita seolah-olah hal itu menjadi pembenaran meski sebenarnya bentuk pencitraan atau marketing untuk mengenalkan sang calon presiden. Semoga Allah memilihkan Presiden untuk negeri Indonesia ini yang mampu menyejahterakan rakyatnya, lebih bertaqwa dan menjadikan negeri Indonesia Terbaik daripada waktu-waktu sebelumnya.
Jika Mungkin bukan sebagai Cawapres, bisa jadi Dahlan yang terkenal dengan slogan kerja-nya ini bisa jadi hal bagus dalam mengoptimalkan Pemerintahan.[SH]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H