Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Makanan Jepang Konsep Kaki Lima di Malang

18 Maret 2017   14:00 Diperbarui: 19 Maret 2017   00:00 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Masak di Shabu Soup Malang (dok. pribadi)

Pernah makan Makanan Jepang dengan konsep pedagang Kaki Lima? Shabu Soup Malang menghadirkan makanan khas jepang dengan cara berbeda. Saya bersama teman-teman menikmati kesempatan bersama di Shabu Soup Malang. Sempat pula berbincang-bincang dengan pemilik dari tempat makan ini, berikut ulasannya.

Inspirasi dan Konsep Shabu Soup Malang

Makanan dengan konsep kaki lima mulai populer di jaman berkembangnya kuliner dewasa ini. Budaya luar yang masuk ke Indonesia pun juga membawa rasa penasaran pada makanannya. Makanan Jepang pun mulai populer di Indonesia. Seperti Shabu Soup Street Food di Malang. Saya bersama teman-teman tim Malang Citizen datang ke lokasi sekitar pukul 17.00 WIB. Lokasi Shabu Soup Malang ini di dekat jalan utama Soekarno Hatta Kota Malang. Tepatnya di Foodcourt di Jl. Ciliwung No. 1 Malang. Di tempat ini lokasi parkir cukup luas bagi sepeda motor. Tulisan Shabu Soup akan mudah terlihat dari jalan, karena warna merah khas Shabu Soup ini memiliki warna yang mudah terlihat.

Merujuk Wikipedia, Shabu-shabu adalah makanan Jepang jenis Nabemono berupa irisan sangat tipis daging sapi yang dicelup ke dalam panci khusus berisi air panas di atas meja makan, dan dilambai-lambaikan di dalam kuah untuk beberapa kali sebelum dimakan bersama saus (tare) mengandung wijen yang disebut gomadare atau ponzu. Di dalam panci biasanya juga dimasukkan sayur-sayuran, tahu, atau kuzukiri.

Shabu Soup Malang atau nama lengkapnya Shabu Soup Street Food, dikelola oleh Adhitya RIzkiwahana dan istrinya Capritalia Arliendra. Tempat Makan Shabu Soup di Malang ini dibuka pada 17 Februari 2017.  Saat berbincang dengan pemiliknya Mas Adit, beliau menjelaskan inspirasi Shabu Soup Malang ini adalah dari teman istrinya Capritalia Arliendra. Berawal dari angkringan Shabu Soup di Jogjakarta, Masakan Jepang dengan konsep kaki lima Makanan luar negeri dikonsep kaki lima memang cukup populer, terlebih saat burger dan steak dibawa konsep kaki lima yang bisa dinikmati khalayak ramai. Shabu Shabu pun dibalut konsep kaki lima ini untuk bisa dinikmati banyak orang.

Shabu Soup Malang dikembangkan dengan varian lain daripada awalnya di Shabu Soup Jogja. Meski tak meninggalkan dari khasnya konsep Shabu Soup Jogja yakni konsep tulisannya hingga bumbu dasar yang sama. Beberapa varian tambahan di Shabu Soup malang adalah adanya Satays dan varian lainnya.

Shabu Soup Malang memiliki rasa (taste) yang mudah sekali diterima masyarakat kata pemiliknya. Bahkan pasti halal dengan bumbunya pun lokal. Marketing yang dilakukan selama ini adalah pada taste-nya yang mudah diterima membuatnya menarik pelanggan. Selain itu pula melalui media sosial yang cukup membantu penyebaran informasi.

Meski bumbu utama sama dengan Shabu Soup Jogja, namun dari isi Shabu Soup sendiri berbeda dengan Shabu Soup Jogja. Inisiator awalnya menurut Mas Adit adalah Mas Hannie Said dengan membuka Shabu Soup Jogja pada 9 januari 2017. Mas Adit sendiri penyuka kuah, namun yang paling disuka adalah kuah Jepang.

Membawa makanan Jepang dengan konsep kaki lima menjadi ciri khas tersendiri Shabu Soup Malang. Biasanya memang makanan Jepang dikonsep layaknya rumah makan mewah dengan banyak tulisan Jepangnya. Tatanan dari makanan hingga desain rumah makannya pun layaknya seperti di Jepang.

Penikmat makanan jepang yang umumnya penyuka Jepang, wisatawan Jepang atau punya ketertarikan dengan Jepang. Namun konsep Shabu Soup dengan Street Food ini membuat makanan Jepang dibawa dengan konsep berbeda. Masyarakat umum yang awalnya tak tahu makanan Jepang dapat menikmatinya dengan harga yang bersahabat di kantong.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun