Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harga Cinta di Dolly

15 Juni 2011   09:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29 2152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cinta itu bisa dibeli kalau kita punya uang… Karena uang bisa membeli segalanya… benarkah begitu? Yang kita akan telusuri di sini adalah harga cinta di Dolly, yakni tempat prostitusi atau lokalisasi terbesar. Dolly adalah tempat mendapatkan kenikmatan alat kelamin orang yang datang kesana dengan ada tarif tertentu untuk harga kenikmatannya. Apakah kenikmatan ini disebut cinta? Sepertinya kita harus lebih menelaah kembali makna cinta sebenarnya. Bukan hanya untuk kenikmatan alat kelamin kita saja, serta nafsu saja, namun lebih dari hal tersebut; karenanya jika kita mendelegasikan cinta kita berarti tak hanya berisikan gagasan untuk pemuasan terhadap alat kelamin saja namun masih banyak hal yang lebih besar dari hal tersebut.

Kita perlu membedakan cinta akan kenikmatan, karena jika yang dimaksud cinta adalah pemuasan gejolak jiwa akan pemuasan alat kelamin maka hal itu semakin sempit rasanya. Hal ini dikarenakan kenikmatan itu ada dalam cinta, atau masih sebagian hal saja dalam cinta. Contohnya jika kita merasakan kenikmatan maka belum tentu ada cinta di dalamnya, seperti pada pengeluaran gejolak jiwa pada pemuasan alat kelamin di tempat-tempat prostitusi bukan hanya di Dolly.

Pertanyaan yang umum adalah apakah Dolly atau tempat prostitusi harus ditutup atau dibuka saja sebagai jembatan pemuasan yang tersalurkan? Pendapat yang akan terlontar adalah gambaran didikan pada lingkungan seseorang yang berpendapat, bila dia mempunyai lingkungan yang lebih dominan pada hal yang bersiat pro prostitusi makan pendapat atau gagasan untuk dibuka adalah gagasan yang cukup tepat pun sebaliknya pada orang yang lainnya. Meski kadang ada orang yang netral, kecenderungannya pun mestinya ada karena sebenarnya dalam kenetralan pun ada keberpihakan meskipun ada sedikit. Namun dari ini, kita dapat memahami bahwamenghargai tubuh dan diri kita adalah hal yang baik adanya. Karena jika kita memuskan diri hanya untuk kepuasan yang hanya beberapa jam maksimalnya rasanya kita sepakat kuranglah etis pada penghargaan tubuh kita. Pemuasan alat kelamin yang tepat adalah seprti pada anjuran berbagai agama yakni dengan menikah, pun demikian kurang memuaskan kita harus menerima karena pasti kita akan diberi yang lebih baik dari Tuhan. Hal ini juga untuk menghargai cinta kita pada pasangan nikah , karena jika kita menghargai mereka dengan kesetiaan maka kesetiaan akan berbalik pada kita juga dengan pemuasan alat kelamin yang lebih nyaman dan lebih baik dari pada di tempat yang bernama prostitusi.

Salam Senyum Kompasiana… :)

Selamet Hariadi, Be Best Together!

.

Silahkan memberi KOMENTAR Terbaik Anda serta NILAI pada Tulisan ini.

Harus Baca Juga:

  1. Tips Mudah & Jitu Mendapat Ide MENULIS
  2. Cara Efektif Mendapatkan Investor
  3. APLI & Bisnis Multi Level
  4. Jangan Merasa Rendah Indonesia!
  5. apa itu Filsafat Jiwa?
  6. Android? Apaan sih?
  7. Kiat agar Lingkungan Jadi “Sahabat” Kita
  8. Pola Pemahaman Masyarakat dalam BerAgama
  9. Acara “Petir” Makin Terlihat Skenario?
  10. Ayo Ikutan “Blogshop: Learning by Blogging” di Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun