Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersalaman Seusai Sholat = Memperkuat Network Hati???

12 Oktober 2010   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:30 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak Seperti biasanya seusai sholat dhuhur cuaca mendung dan kemudian turunlah hujan secara perlahan membasahi panasnya bumi yang mulai tua ini… Kang Toha yang setelah sholat Dhuhur berniat mengistirahatkan Raganya sejenak di rumah seakan menahan langkahnya untuk itu. Senyum manis mengembang di bibirnya. “Alloh, ada apa ini… niat hamba yang tadi sepertinya Kau tahan. Semoga dengan tinggalnya hamba di Masjid saat ini mempunyai manfaat sesuai rangkaian kehidupan yang Kau bimbing untuk hamba” gumamnya dalam hati. Kang Toha sambil terus berdzikir menghadap ke luar menyaksikan hujan yang menghilangkan dahaga bumi. Tak lama kemudian sahabatnya bernama Furqan menyapanya.. “Assalaamu’alaikum Kang, kelihatannya sumringah ni..”Sapa Furqan. “Wa’alaikumussalaam… Allahu Robbul Izzati.. Alhamdulillah sumringah meski agak tertahan bathin karena gak sesuai rencana… hehe..” Jawab Kang Toha. Lalu mereka mengobrol dengan menyambung bagai air yang mengalir di gurun begitu saja… Selang beberapa menit, pembicaraan mereka tiba pada masalah psikologi dalam beragama. “Kang, ente ini khan orang teknik tapi pengetahuan ente tentang psikologi dan tasawuf cukup mendalam… ni saya mau tanya aja bila menurut ente yang ilmu sosialnya agak baik, bagaimana memandang bersalaman seusai sholat? Wong salaman aja kok gak boleh kata temen-temen. Tapi ada Kyai juga Salaman seusai sholat Jama’ah.” Kata Furqan. “Masalah itu ya… Saya pernah dapat riwayah kalau jaman Nabi & sahabat dulu, mereka bila bertemu bersalaman dan saling berpelukan. Dari segi kajian psikologi yang pernah dibahas, hal itu sebagai alat memperkuat keakraban antar Ummat Islam. Sehingga bila hati, fikir serta diri ini telah akrab suatu hal indah dalam “ukhuwah” akan sangat terasa sekali.. bukan begitu..??? “ Kata Kang Toha. “hmm… ya Kang, saya pernah tahu ada riwayah seperti itu, serta saya dulu pernah dapat penjelasannya juga.. trus Kang?” Sambung Furqan. “Bersalaman seusai sholat Jama’ah sebenarnya hampir seperti masalah Qunut, Raka’at Sholat Terawih.. dan lainnya yang menjdi masalah furu’ atau cabang memahami agama. Memang benar kalau dalam seni berhubungan dengan orang lain, bersalaman adalah awal untuk mennyambung serta menghangatkan hati kita dengan hati orang lain. Kalau pas tidak seusai sholat sih belum ada yang banyak mendikte untuk menentang, tapi kalau pas bahasannya setelah sholat Bersalamannya, banyak tanggapan serta pemikiran tentang ini… ada yang keras menentang hingga ‘nedo nrimo’ atau bisa diartikan emang gue pikirin masalah itu..hehe… Kalau dalam riwayah saja bersalaman saat ketemu sebagai hal yang dilakukan, alangkah indahnya jika kita melakuknnya setelah Sholat Jama’ah. Bila kita biasanya agak canggung bila bertemu dengan saudara kita sesama Muslim karena mungkin jabatan, wibawa, atau sikapnya yang tertutup.. maka bersalaman setelah sholat bila dipandang dari segi lain akan memperkuat jalinan hati kita dalam indahnya ukhuwah. Menjabat erat dengan menatap matanya sambil berucap “barokalloh”… waw betapa indahnya itu.. Mungkin segala rasa yang canggung itu akan sirna karena tradisi seperti itu… hak sesama Muslim yang pada saat bertemu dianjurkan bersalaman itu akan terpenuhi disini.. “ Terang Kang Toha “ya.. ya.. Kang… bener juga ya… Memahami agama ini secara konstruk kaku kadang memang kurang bisa bersatu dengan masyarakat dengan kultur seperti sekrang yang lebih tenggah rasa” Sambung Furqan “Fur, Saya juga masih fakir ilmu, saya kadang belum terstruktur dalam beragama… jawaban saya bukannya maksud condong pada satu pendapat bersalaman setelah Sholat, tapi kita coba lihat dari segi manfa’at serta kajian psikologi karakter-nya” Tambah Kang Toha. “oyi thok wis Kang… emang harus banyak pendapat yang kita pelajari, bukan hanya manut dari 1 pendapat. Kalo sudah tahu kenapa mereka melakukan, maka rasa benci atau dengki itu akan sirna.  Hmm… emang seharusnya kita mencontoh ummat Islam terdahulu dalam toleransinya dalam perbedaan yang ‘kuat dalam prinsip, elegan dalam prakteknya’, sama-sama belajar kalau gitu..” Jawab Furqan. “Ya.. tu khan.. ente sudah pinter juga gitu… udah agak terang, kemarin habis beli novel “Sepertiga Malam” belum saya baca… saya pulang duluan ya… semoga pertemuan kali ini barokah dan ada manfa’atnya..” Kata Kang Toha. “ya semoga Kang… saya masih disini… mau ngaji dulu, lalu ada agenda beli buku bulanan…” Jawab Furqan. Mereka bersalaman dengan erat dan dengan tatapan yang menyejukkan… “Barokalloh… Wassalaamu’alaikuum Warohmatullah…” Sambung Kang Toha “Wa’alaikumusslaam Warohmah…” Jawab Furqan. Detik hujan mulai menahan langkahnya untuk membuka jalan Kang Toha untuk Pulang… Furqan asyik dengan Syaamil Qur’an-nya… yahoo scanner by: Selamet Hariadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun