Apakah tiap anak berbakat? Jika bakat adalah kemampuan, maka setiap anak pastilah punya bakat. Bakat bisa diperoleh dari latihan, oleh karenanya seseorang yang mempunyai bakat tertentu akan melanjutkan pendidikan yang sejalan dengan bakatnya. Bakat kadang dimulai dari kesukaan lalu ada pula yang dari latihan.
[caption id="attachment_247593" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi (dok. kompas)"][/caption]
Bakat Berawal dari Kesukaan?
Banyak contoh bahwa bakat ditemukan dari hal yang disukainya, jika anak suka menggambar biasanya akan semakin terasah rasa sukanya ini dengan pendidikan melukis dan yang berbau seni. Tentu berbeda seorang anak yang suka berhitung; seperti contoh Mas Iwan Setyawan saat masih kecil digambarkan dalam Film “9 Summer s 10 Autumns” yang cukup baik dan berlatih dalam hal matematika , lalu ketika beranjak dunia kuliah masuk di jurusan tak jauh dari hitung-menghitung hingga bekerja pun dalam hal Perhitungan.
Dari contoh Mas Iwan Setyawan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kesukaan yang diasah dan dibekali pendidikan yang baik akan menjadikan bakat dan tentunya keahlian dalam kehidupan. Masih banyak contoh lainnya orang yang menemukan bakatnya dengan cara bermacam-macam.
Anak yang Mendalami Bidang tak Sesuai Kesukaan
Beberapa hari yang lalu ada keluarga saya dari jauh datang ke rumah yang salah satu maksudnya adalah meminta waktu saya mengantarkan anaknya yang akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Sudah cukup lama saya ngobrol dengan anaknya dulu saat bertemu bahwa dia cukup suka akan dunia komputer, dan jurusan sekolahnya pun tak jauh dari hal eksak yakni juruan IPA. Namun saat masuk ke perguruan tinggi, ternyata yang dipilih justru jurusan yang kurang populer. Jurusan yang dipilih adalah bukan jurusan yang disukainya.
Saya cukup sedih saat ada seorang anak yang ingin melanjutkan pendidikan dengan berbagai cara seperti memilih jurusan yang mungkin dia masih buta dan belum tahu banyak akan hal itu. Ini dilakukannya karena keinginannya bukan pada jurusan kesukaannya melainkan pada kebutuhannya untuk melnjutkan jenjang pendidikan, istilahnya jurusan apapun asal kuliah.
Bakatnya bisa jadi kurang berkembang saat bukan pendidikan yang disukainya untuk mengasah bakat. Namun di lain hal bisa jadi bakatnya akan ditemukan bukan di jenjang sekolah melainkan di perguruan tinggi di jurusan yang tak terlalu dikenalnya. Kebingungan melanjutkan pendidikan seolah hal yang mungkin dirisaukannya karena persaingan mendapatkan jasa pendidikan sesuai keinginan mungkin butuh kerja keras karena banyak yang ingin masuk di jurusan yang sama, hal ini menyebabkan jurusan-jurusan yang tak terlalu populer atau tergolong baru menjadi tujuan juruan bagi mereka yang mungkin takut bersaing dengan rekan lainnya yang mendapat pendidikan yang lebih intensif.
Bagaimanapun kita berharap semoga anak-anak yang bakatnya tak tersalurkan dapat menemukan bakatnya yang lain, karen seperti ilmuan dahulu yang bakatnya tak hanya di satu bidang namun juga disegani di bidang lainnya. Bisa jadi anak ini mendapatkan pendidikan yang membuat bakat lainnya terasah di bidang lain. [SH]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H