Tradisi Makan Nasi Punar Bersama Idul Fitri di Pacitan
Banyak tradisi di tiap daerah untuk menyemarakkan hari raya Idul Fitri. Tradisi-tradisi ini semakin menguatkan makna aktivitas silaturrahim di hari Idul Fitri. Pun juga Tradisi Makan Nasi Punar Bersama yang ada di desa Sukoharjo, Pacitan. Berikut Ulasannya...
Selepas shubuh para ibu sudah menyiapkan hidangan untuk keluarga. Pun juga ada piring-piring yang ditata dengan isi nasi dan lauknya. Nasi punar namanya, nasi yang diracik dengan santan. Biasanya ada pula yang dibentuk kerucut berwarna kuning dengan berbagai lauknya.
Nasi punar adalah pula nasi yang cara membuatnya menggunakan santan. Jadi rasanya terasa gurih dan lezat di mulut. Nasi ini pula biasanya disajikan saat acara tradisi-tradisi yang ada di wilayah jawa. Selain nasi ada kering tempe, telur dadar yang dirawis atau dipotong-potong, mie goreng serta ayam goreng.
Tiap keluarga di wilayah Sukoharjo Pacitan membuat nasi punar pada hari raya Idul Fitri. Tiap keluarga membawa umumnya 4 sampai 5 piring nasi punar. Pun juga membawa lebih diperbolehkan.
Tiap keluarga ini maksudnya dalam 1 rumah. Meskipun dalam 1 rumah jumlah orangnya ada lebih dari 5, nasi punar yang disiapkan pun juga sesuai jumlah umumnya. Nasi punar ini nanti dibawa ke masjid sebelum sholat Idul Fitri dilaksanakan.
Sesuai tradisi, nasi punar diletakkan di piring. Namun seiringnya perkembangan, ada yang meletakkannya di Styrofoam hingga kotak nasi. Selepas sholat Idul Fitri dan khotbah sholat, jamaah sholat bersiap makan nasi punar ini bersama-sama.
Hari raya Idul Fitri semakin semarak dengan tradisi ini. warga berbagai latar belakang turut larut makan nasi punar bersama. Tua-muda hingga anak-anak pun ikut larut menikmati kelezatan nasi punar di hari kemenangan.
Tradisi makan nasi punar bersama seperti ini perlu dilestarikan. Di tengah zaman dan arus globalilsasi yang berkembang, tradisi khas Indonesia perlu terus dilaksanakan. Peran pemerintah pun penting untuk mendukung tradisi seperti ini.