Menjadi kreatif menjadi kebutuhan dijaman kekinian. Berikut saya bagian sebuah pengalaman menjadi Guru yang kreatif dan berbeda dari umumnya. Hingga bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat lebih baik dan kreatif.
Pagi itu suasana hati berkecambuk. Antara berangkat atau tidak. Ini merupakan pagi dimana saya memulai waktu untuk mangajar ke sebuah sekolah, SMK tepatnya. Awalnya hanya untuk berbagi ilmu, barang sehari atau dua hari di lembaga pendidikan. Namun, hal awal itu kurang sama. Saya terlanjur menerima mengajar di sekolah itu full hari. Jadi hari senin sampai sabtu.
Pagi ini saya harus ke sekolah tersebut. Memulai hari dengan label Guru sang pahlawan tanpa tanda jasa. Alhasil, saya datang ke sekolah tersebut. Pagi, sekitar setengah 7. Namun saya ternyata telat, untunglah ada orang lain yang membantu. Sejak saat itu saya memulai rutinitas sebagai Guru.
Guru merupakan pekerjaan yang mulai. Saya memahami ini lebih sebagai pengabdian, karena memang pendapatan dari seorang guru berupa gaji mungkin kurang sesuai. Itulah mengapa guru disebut pula pahlawan tanpa tanda jasa.
Guru dituntut kreatif dalam menyampaikan pelajaran. Kadang guru yang kreatif akan terlihat berbeda dari guru pada umumnya. Kreatif disini dimaknai memiliki inovasi pembelajaran yang lebih berwarna, tak monoton dan sesuai kekinian. Mengajar sekolah tingkat atas memiliki hal yang berbeda dibanding tingkat dasar, tingkat pertama bahkan dengan perguruan tinggi.
Manusia dalam tingkat pembelajarannya dibagi tiap 7 tahun yang saya ketahui. 7 tahun pertama pendidikannya layaknya raja, 7 tahun kedua perlu lebih keras dan 7 tahun ketiga perlu diperlakukan sebagai sahabat. Pada 7 tahun kedua menjadi wajar kenapa anak yang belum bisa baca diperhatikan ataupun sholat dalam agama itu harus lebih tegas dididik. Nah, adanak sekolah menengah atas ini merupakan anak tipe 7 tahun ketiga dimana perlakuannya sebagai sahabat.
Nah, saat saya menjadi Guru ada hal yang berbeda dibanding umumnya. Menjadi Guru dengan ijazah bukan Sarjana Pendidikan adalah hal yang berbeda disbanding umumnya guru. Apalagi saat ini Pemerintah menjadikan nilai guru sebagai profesi atau pekerjaan, layaknya dokter. Guru perlu memiliki sertifikasi pengajar.
Brand itu dirasa cukup membantu memasukkan nilai-nilai persahabatan hingga mengenalkan ke khalayak ramai. Rasa kebanggan pada kelas pun terbangun dengan baik. Hal ini ternyata menginspirasi kelas lain. Bahkan adik tingkat mereka pun terinspirasi hal ini. Mereka membuat logo kelas hingga menjadi kompetisi diantara mereka.