Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tayangan Olahraga Perlu Perbaikan

7 Juni 2012   00:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:19 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_181294" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi Tayangan Televisi (dok. the marketeers)"][/caption]

Olahraga selalu identik dengan nilai sportivitas dan yang paling utama tentunya adalah kesehatan. Ya,  tak dapat dipungkiri tujuan awal olahraga adalah untuk kesehatan jiwa dan raga, karena dengan olahraga suasana dapat terjalin dengan baik dalam internal tubuh individu terlebih banyak penelitian yang mengemukakan bisa membuat kehidupan kesehatan lebih baik. Realita bahwa tujuan olahraga kemudian berevolusi menjadi untuk sebuah kesenangan dengan permainan hingga ada pula pertandingan. Namun betapa kurang eloknya bila maksud olahraga kemudian berubah pada adu gengsi antar kelompok yang membuat kurang harmonisnya hubungan antar manusia di muka bumi ini. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa hal yang terjadi belakangan ini banyaknya korban jiwa karena mendukung tim-nya bertanding, dan juga sudah menjadi rahasia umum kalau ada rivalitas yang menyebabkan permusuhan antar kelompok pendukung/supporter tim olahraga. Tentunya ini tak hanya terjadi di sepak bola yang ramai diberitakan, melainkan hampir sebagian cabang olahraga enath itu bola basket hingga mungkin pencak silat.

Televisi Jadi hipnotis?

Entah darimana mulainya adu gengsi antar supporter ini bermula, banyak cerita yang melatar belakanginya. Namun bila kita lihat pada realita sekarang ini Televisi bisa jadi salah satu dari sekian banyak media yang menjadi pengobar rivalitas tersebut. Jika kita melihat di Televisi ada tayangan tentang sebuah aksi sulap yang menggunakan benda tajam, maka umumnya sebagian besar tayangan tersebut di layar kaca akan tampil tulisan ‘jangan ditiru’, ‘adegan berbahaya’ atau ‘hanya dilakukan oleh profesional’. Lalu kita lihat saat terjadi bentrokan dan aksi saling kepalan ke arah muka terjadi di tempat pertandingan, seolah menjadi sajian lezat bagi Televisi untuk mengabadikannya yang tak menghiraukan bahwa itu akan menjadi biang untuk aksi lain yang membuat kobaran rivalitas semakin membara.

Komentar hingga kesimpulan yang diambil kontributor tayangan atau komentator pada saat acara terbeut layaknya tak malah menyulut terjadinya kobaran rivalitas yang lebih besar. Mungkin akan lebih baik dengan perbaikan komentar yang mencerahkan dengan tidak menilai hanya dalam kapasitas satu pihak saja yang berpotensi menyulut emosi pemirsanya lebih dalam.

Perbaikan ANTV

Kalau kita mengamati pertadingan di beberapa stasiun Televisi mulai melakukan perbaikan, misalnya ANTV. Media merah milik Viva Group ini yang secara konsisten menayangkan pertandingan sepakbola di sore hari mulai melakukan perbaikan tayangan pada kata ejekan yang bersifat rasisme, meski hal ini tak disensor langsung namun dengan mengurangi suara (volume) tayangan pada kata yang bersifat rasisme itu bisa dibilang sebuah kemajuan yang baik. Namun di sisi lain ANTV masih saja memiliki komentator yang membuat jadi lebih keruh yang seharusnya melihat dari sisi yang lebih baik.

Perbaikan Seharusnya

Perbaikan seharusnya tentulah dimulai dari diri para pendukung sendiri dengan tak membuat rivalitas semakin berkibar kencang dengan adanya ejekan pada pendukung tim lainnya. Jika kita memahami dunia ini tak hanya di tempat pertandingan saja dimana kita harus berinteraksi dengan manusia lain yang kita saling membutuhkan maka ikhwal permusuhan antar golongan supporter mungkin tak perlu terjadi. Peran pemegang relagulasi yakni pemerintah dirasa sangat penting untuk membuat persatuan, bukan hanya sebuah nama kabinet Indonesia Bersatu. Pemerintah dengan mengkoordinir para tokoh masyarakat dan tokoh suporternya untuk meredam dan membuat rasa kekeluargaan antar golongan untuk lebih baik. Televisi juga layaknya menjadi media yang bijak dalam memberikan tayangan, bukan hanya berkedok pada rating yang tinggi. Pemerintah pun layak segera memberikan penyuluhan agar tayangan Televisi lebih baik bukan hanya suka menyulut terjadinya emosi antar golongan masyarakat. [SH]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun