Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Serangan Tomcat, Bukan Salah Tomcat?

22 Maret 2012   03:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:38 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini mulai merebak serangan Tomcat di beberapa daerah.  Mulai dari daerah Surabaya, Yogyakarta hingga Bekasi dan beberapa daerah lain. Bahkan di lingkungan saya tinggali sekarang di daerah Malang selatan ini pun mulai muncul serangan serangga sejenis ini. Untuk Bekasi memang serangan serangga ini memang telah dirasakan cukup lama, namun belum terbereskan hingga sekarang muncul serangan serangga ini ke daerah lain hingga heboh beritanya secara nasional.

Tomcat tidak Menggigit!

Tomcat dalam bahasa Inggrisnya Roove Beetle atau juga dengan nama latin Paederus riparius sebenarnya adalah serangga yang tidak mengigit. Namun yang membuat Tomcat berbahaya bagi manusia bila serangannya mewabah ialah cairan dari tomcat. Cairan ini yang membuat sebagian orang di daerah yang terkena serangan Tomcat kulitnya merah lalu gatal-gatal hingga melepuh. Hal inilah yang harus dihindari, cairan-nya dapat mebahayakan masyarakat, khususnya balita atau anak-anak yang kulitnya masih tergolong tipis.

[caption id="attachment_167610" align="aligncenter" width="312" caption="Serangga sejenis Roove Beetle (sumber: biology-blog)"][/caption]

Kalau berada di Sawah, Anda akan tahu jenis serangga yang satu ini. Tomcat sebenarnya membantu petani dalam mengatasi hama wereng yang meresahkan hasil produksi petani bisa turun atau gagal panen. Inilah sebenarnya kegunaan Tomcat, serangga kecil yang sangat berguna di sawah untuk menjaga panen petani bebas wereng.

Apakah "Perubahan Iklim" mempengaruhi penyebarannya? Tomcat ini lebih sering suka berada tidak pada air yang menggenang. Penyebarannya lebih karena lahan habitatnya mulai tergusur, sedang proses berkembang biak sebagai makhluk tuhan ters terjadi yang akhirnya mereka harus pindah tempat ke dareh lain di sekitar sawah tersebut. Jika kita mengamati lewat berbagai media seperti National Geographic misalnya, ini adalah proses alamiah dalam kehidupan hewan yang berpindah jika habitat hidupnya terusik. Angin kencang yang saat ini melanda juga adalah penyebabnya berpindah ke lingkungan masyarakat kita. Di Surabaya dan Malang  bahkan angin kencang membuat beberapa tempat banyak hilang atap-nya karena kurang kuat menahan angin tersebut.

Hal terbaik yang dilakukan masyarakat dan dinas terkait adalah memang mengembalikan Tomcat ke habitat asalnya yakni ke sawah. Seperti hal yang bagus di lakukan sahabat-sahabat dari Universitas Gajah Mada (UGM) dari kalangan akademisi yang menggandeng Dinas pertanian untuk mengembalikan Tomcat ke sawah. Hal ini juga perlu dicontoh bagi sebagian wilayah di Indonesia yang terkena serangan Tomcat ini, untuk saatnya bersatu padu menggiring Tomcat ini kembali ke asalnya. Pun demikian Petani juga dapat terbantu untuk mengatasi hama wereng, sehingga pada musim panen nanti akan lebih maksimal.

Semoga Bermanfa’at, Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun