Mohon tunggu...
Selamet afrian
Selamet afrian Mohon Tunggu... Penulis - Saya Mahasiswa Prodi Filsafat

Berkarya Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Kritik atas Budaya Patriarki

25 Maret 2020   21:42 Diperbarui: 25 Maret 2020   21:36 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Selamet Afrian

****

Patriarki adalah suatu sistem penempatan yang mana dalam implementasinya menempatkan seorang laki-laki dalam hal ini (laki-laki dewasa) pada posisi yang sangat penting dalam sebuah keluarga. 

Sementara disisi yang lain peremuan dan anak-anak di posisikan sesuai dengan kepentingannya masing-masing yang seringkali bergantung pada seorang laki-laki dewasa The Patriarch tersebut.

Seringkali dalam sistem patriarki perempuan diposisikan sebagai seorang istri, yang mana ditugaskan hanya untuk mendampingi, melengkapi, melayani, dan menghibur si sang suami (The Patriarch), sedangkan untuk posisi anak sendiri, dalam hal ini adalah sebagai generasi penerus yang suatu saat nanti pasti akan meneruskan ayahnya,dan salah satu tugas lainnya adalah sebagai penghibur ayahnya.

Jika kita melihat hal diatas sistem tersebut sangatlah berpengaruh sekali terhadap pemahaman agama, salah satunya dalam hal ini agama islam yang merujuk pada ajaran dari pada agama islam itu sendiri. 

Jikalau kita hanya memahami agama katakanlah dalam kaca patriarki, maka akan dapat melahirkan suatu budaya patriarki didalamnya yang mana memposisikan seorang perempuan semata-mata harus senantiasa di bawah seorang laki-laki, dan sebaliknya posisi laki-laki harus selalu senantiasa berada di atas perempuan dalam hal apapun.

Yang mana kita sering melihat laki-laki memimpin, mengatur, dan juga menghegemoni (menguasai). Terlepas dengan mampu atau tidaknya seorang laki-laki dalam memenuhi syarat yang selalu ingin dilakukannya. 

Maka dari itu, kembali jika kita memahami agama dalam kaca patriarki maka yang ada hanyalah ketidak adilan antara relasi laki-laki dan perempuan terutama mengenai tugas, tanggung jawab, dan fungsinya. 

Terkait hal demikian, padahal Islam merupakan suatu agama yang sering menggemborkan juga bahkan bukan hanya menggemborkan, semata-mata sudah menjadi suatu ajaran untuk selalu bahkan harus menjunjung tinggi nilai kesetaraan dan nilai keadilan. Bahkan sangat bertolak belakang dan menolak budaya patriarki.

Dengan demikian dalam hal ini, sangat diperlukan sekali pemahaman yang baru terhadap agama dengan menggunakan perspektif keadilan sosial gender, bukanlah patriarki.  

*Cirebon, 25 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun