Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Namaku Sarah (1)

5 November 2020   10:12 Diperbarui: 5 November 2020   10:29 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya betul! Namaku Sarah, kata Emakku saat bercerita tentang dirinya. Aku sangat bangga dengan nama emakku. Meskipun Ia berasal dari Kampung di Sumatera, tetapi Emakku memiliki Nama yang menurutku keren, yaitu SARAH. Aku tidak tahu persis, apa latar belakang Kakek dan Nenekku memberi nama seindah itu.

"Emak berasal dari keluarga mapan dan terpandang. Hidupku sehari-hari penuh dengan kemewahan (untuk ukuran saat itu)" kata Emakku memulai kisahnya.

Aku adalah Anak keempat dari Lima bersaudara. Yang pertama Seorang Laki-laki digelar Sutan Muda, yang kedua Kakak Perempuanku bernama Aisyah, Ahan dan yang Bungsu Adikku bernama Limus. Nama-nama Kami semua hasil pemberian Ayah dan Emak. Tidak ada cerita khusus tentang nama-nama tersebut.

Di kampung Kami terdapat pesantren dan juga sekolah Umum. Untuk Pendidikan, Ayah dan Emk tidak begitu memaksakan apakah memilih sekolah di Pesantren ataupun di Sekolah umum. Semua mengalir apa adanya. Untuk urusan Pendidikan Agama, Ayah telah memanggil beberapa Guru untuk mengajari Kami di rumah.

Aku bersama dengan bang Ahan dan Adikku Limus memilih sekolah Umum. Aku dan bang Ahan sama-sama bercita-cita jadi Guru. Bang Ahan setamat SMP memilih sekolah Pendidikan Guru, Aku lebih memilih Sekolah Kepandaian Putri (SKP istilah saat itu).

Aku dan bang Ahan berbeda usia dua tahun. Ketika Beliau SPG Tahun ketiga, Aku baru masuk SKP kelas Satu. Kami sekolah berbeda Kota, Aku diKabupaten Bagian Tengah dan Abangku di Kabupaten Bagian selatan.

Meskipun Kampungku masih satu Kabupaten dengan sekolah bang Ahan, tetapi bang Ahan tinggal di asrama, karena waktu tempuh dari rumah ke sekolah saat itu bisa satu hari. Itu sebabnya Kami jarang dijenguk orangtua dan kalau pulang Kampung hanya karena liburan Sekolah.

Aku juga sama seperti bang Ahan, tinggal di Asrama. Saat itu Segala kebutuhan Kami dikirim dalam bentuk bahan mentah, seperti Beras, gula, kelapa, Ikan Asap, Ikan Asin dan lain-lain. Karena Orangtua Kami "Mampu", maka sekali kiriman datang bisa untuk makan 10 orang untuk satu bulan, banyak bukan (ukuran 1 truk engkel, sekarang)? Yaaa itu semua ungkapan sayang dan perhatian Ayah dan Emakku terhadap kami di Asrama.

Ada kebiasaan umum di Asrama dimana dalam dua minggu sekali, kami diijinkan keluar asrama selama 2 jam untuk bermain dan cari udara segar. Momen ini Kami gunakan untuk jajan sepuasnya di pasar akhir pekan. Meskipun Aku disediakan makanan berlimpah untuk kebutuhan selama di asrama, tetapi sesekali pengen juga jajan di luar. Memang, Aku enggak pernah dititipin uang sama Ayah dan Emak, karena Mereka merasa segala kebutuhanku di Asrama sudah tercukupi. Untuk itu, Kami punya strategi dengan membawa ikan asin atau ikan asap ke pedagang pasar untuk dibarterkan dengan makanan yang Kami suka. Seru Khan!

Pendidikan  bang Ahan akan ditempuh selama 3 Tahun, sedangkan Aku yang di SKP dilalui selama 4 Tahun. Karena tahun keempat Pendidikan khusus keterampilan untuk menjadi pengajar.

--------------000

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun