Ia mengakui diawal bekerja masih membutuhkan pengetahuan dan keterampilan agar bisa tumbuh dan berkontribusi sesuai harapan. Ia memiliki tekad yang sangat kuat untuk belajar cepat, menyesuaikan diri terhadap irama perusahaan dan mampu membuat terobosan-terobosan yang diperlukan oleh Perusahaan.
Perusahaan tempat Bill bekerja bisa melihat potensi yang Ia miliki. Selain memberi kesempatan pelatihan-pelatihan, juga memberikan tantangan-tantangan yang berjenjang. Ada pola pendampingan/twinning dan mampu mengarahkan setiap talent sesuai kompetensinya.
Benarlah pesan Fasilitator tersebut. Kita dianugerahi kreatifitas dan Kemampuan menggali ide sebaik mungkin. "Berpikirlah sampai Kau tak bisa berpikir lagi. Bila Kau bisa mencapai titik itu, maka akan kau temukan hasil kreasi yang luar biasa dahsyat. Voting bukan jalan satu-satunya dalam pengambilan keputusan"
"Kebiasaan Voting cenderung membuat Kita malas berfikir dan representasi tak mampu mengambil keputusan. Bayangkan! Dengan alasan semuanya harus serba cepat, harus berlari Sprint. Keputusan strategis, Kita lakukan secara voting. Alasannya sudah dilakukan diskusi, kolaborasi dan bla bla bla macamlah. Padahal kolaborasi yang dilakukan baru sebatas "SUBJECTIVE COLLABORATION". kata Fasilitator tersebut sambil menutup sesi hari itu.
Aku tercenung dengan kalimat Ibu Fasilitator yang bijak tersebut.
Kuat dalam ingatanku tentang sebuah peringatan, yaitu "Setiap perbuatan akan diminta pertanggungjawabannya". Sering Aku merenungkan bagaimana kesalahan masa laluku terutama dalam mengambil keputusan, sering Aku lakukan secara voting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H