[caption id="attachment_338608" align="alignnone" width="600" caption="cover buku revolusi dari desa_koleksi kompasiana"][/caption]
Sebuah slogan yang diakronimkan sebuah gerakan membangun desa, saatnya yang tua-tua dan memiliki taring untuk memberikan kepercayaan bagi kawula muda, maka sudah saatnya yang membangun desa yang muda-muda, yang tua pensiun saja, dengan cukup memotivasi dan mendukung sepenuhnya, karena secara substansi program pembangunan harus diawali dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku: Revolusi Dari Desa
Penulis: Dr. Yansen TP., M.Si
Penerbit: Penerbit PT Elex Media Komputindo
Cetakan: 1, 2014
Tebal: 180 halaman
PENULIS
Gelar yang pantas buat penulis Dr. Yansen TP., M.Si saya kasih gelar beliau dengan julukan Doktor yang Gila tapi gila positif. Memang desa di negeri ini butuh banyak orang Gila seperti beliau, sosok pemimpin yang sangat progresif tidak pantang menyerah dan Ulet. Dan Beliau saya katakan sekarang pada posisi sedang tersesat, ya semoga tersesat di jalan yang benar.
PENDAHULUAN
Buku “Revolusi Dari Desa” sangat tepat sebagai salah satu referensi penyelenggara pemerintah mulai dari pusat sampai pemerintah desa, para aktifis, tokoh agama, dan masyarakat desa pada khususnya, karena buku ini jelas menjawab sebagian kecil tantangan yang ada dipenjuru desa di negeri ini, artinya masih sangat dibutuhkan ide gagasan sampai pada aktualisasi yang benar-benar riil dan tentunya akan bisa sinergi atas konsep pembangunan yang dibalik pola sistemnya ketika akan dibenturkan dengan letak geografis desa, cultur masyarakat yang berbeda, dan tentunya pola GERDEMA pun tidak mutlak tepat bisa diterapkan diseluruh desa di negeri ini, tapi paling tidak harus berani mencoba pola yang ditawarkan penulis melalui “Revolusi Dari Desa”.
Buku penting ini tidak lain sebuah karya nyata yang terwujud melalui perjalanan panjang yang dimulai dari seorang camat sampai sekarang memimpin kabupaten Malinau dan sangat tepat untuk dijadikan referensi dalam upaya pembangunan desa sampai pada terwujudnya masyarakat yang sejahtera.
SINOPSIS
Desa merupakan suatu wilayah pemerintahan terkecil dari sebuah negara, padahal sebenarnya desa yang kecil ini sejatinya penyumbang besar populasi roda kehidupan sebuah negara artinya piranti sebuah negara harus benar-benar memperhatikan desa dengan segala potensi dan persoalannya, bukan hanya dijadikan objek pembangunan sebuah negara tapi konsep GERDEMA ini membuktikan bahwa desa dengan segala pirantinya dijadikan fail pelaku pembangunan itu sendiri, dan tentunya ini berbanding terbalik dengan hampir sebagian besar konsep pembangunan yang digalakan dengan model top down.
GERDEMA bukan ide dan gagasan yang mandeg pada konsep pembangunan, tapi GERDEMA merupakan sebuah pilihan yang benar-benar dipilih dan dijadikan konsep pada sebuah sistem dalam ranah pembangunan desa dan masyarakat desa secara khusus, sangat implementatif tapi belum tentu pas pola yang dibangun ketika diterapkan di daerah dengan ragam kemajemukan yang ada di desa. Tapi paling tidak Gerakan Desa Membangun ini sebuah inspirasi bahwa untuk bangkit dan menjadi besar itu memang akar rumputnya adalah dari hal yang paling kecil sebagai poros pijakan untuk melakukan sebuah gerakan revolusi secara menyeluruh.
Pejuang desa yang ulet dan sekaligus profokator dan belum lengkap memang kalau tidak disebut orang yang Gila Bener tapi bukan Beneran Gila, kenapa ? karena penulis sudah mampu membukukan sebuah karya nyata dengan apik, dan disajikan sebegitu menarik para pembacanya. Sebuah reportase yang sangat dalam indept benar-benar sudah dilakukan sampai berujung pada panen raya bersama mengangkat masyarakat untuk sejahtera bersama. Luar biasa, secara kuantitatif bahkan kualitatif tertata apik, dan pas dengan kondisi potensi lingkungan yang ada dengan segala karakter masyarakatnya pun mampu terkuak dan menjadi kekuatan yang besar sampai konsep Gerekan Desa Membangun benar-benar berasa.
Pesan moral yang harusnya dijadikan cambuk siapapun yang membaca, apalagi kalau kita yang terlahir dari sebuah desa, pertanyaan besar di otak kita, apa yang sudah kita perbuat untuk desa kita ? menjadi pemenang kah kita atau pecundang desa kita sendiri ? berjuang memang tidak selamanya harus secara fisik saja, tapi buku ini membuktikan bahwa revolusi mental bagi masyarakat desa harus di cuci otaknya, ya masyarakat bahkan penyelenggara pemerintahan pusat sampai desa juga harus up grade agar terus up to date.
Reward dan punisment yang tentunya saya pikir tidak terkuak semua, dalam tanda kutip penulis juga masih ada banyak hal yang belum dibeberkan dalam buku ini. Tapi itu pasti menjadi rahasia seorang penulis, karena dibalik rahasia pasti ada rahasia, ya semoga kita setelah membaca buku ini kita pun mampu menguak rahasia kita masing-masing dalam kancah upaya pembangunan masyarakat untuk pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
IKHTISAR
Sebuah gerakan yang revolusioner, upaya yang dilakukan dari menemukenali persoalan dan potensi sebuah desa dan masyarakatnya hingga penulis mampu mengangkat harkat dan martabat masyarakat bahkan dirinya sendiri sampai pada level menjadi orang no 1 di Kabupaten Malinau.
Gerakan membangun memang identik adanya perubahan secara fisik, namun yang dilakukan Doktor Gila Bener ini telah merevolusi mindset dalam upaya membangun sebuah desa dengan menggunakan sistem yang berbanding terbalik dan mampu meyakinkan sampai pada dukungan dari multipihak yang tidak canggung untuk mensupport program gerakan desa membangun.
KELEBIHAN
1.Akar Persoalan saat ini sudah jelas terangkat dan teratasi bagaimana soal ekonomi masyarakat desa
2.Akuntabable, sangat provokatif, cukup menghantap bagi aparatur pemerintahan pada level pusat sampai desa.
3.Kajian dari sebuah program doktoralnya yang implementatif
4.Sesuatu yang besar dan dilakukan juga oleh orang yang besar pasti jelas berdampak besar.
5.Up to date dengan perkembangan zaman itu terbukti dengan rekam jejak beliau, mulai dari yang konvensional menjadi profesional, dari yang menual kemudian digital.
6.Kearifan lokal yang terjaga dan menjadi bertumbuh kembang sebagai kekuatan sebuah desa.
KEKURANGAN
1.Gerakan pembangunan bidang pendidikan belum tergarap serius
2.Pola gerakan desa membangun yang menurut saya masih kontradiktif, benar-benar button up atau top down
3.Belum jelas tokoh yang disajikan sebagai pembanding (misalkan yang melakukan program baik perencanaan sampai pada aktualisasi) dilakukan oleh orang yang tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan, misal para tokoh masyarakat atau pegiat desa.
4.Belum disajikan juga ketika nanti dihadapkan pada kondisi bonus demografi, apakah masyarakatnya memang nanti benar sudah siap dengan kemampuan life skill nya.
KESIMPULAN
Kebijakan yang strategis dan struktural, revolusi dari desa menurut saya judul yang sangat pas, Bagaimana dengan Undang-Undang Desa ? sejalan kah ? padahal penekanannya sekarang pola yang dibangun pertama itu pada bidang pemberdayaan baru bidang yang lain. Dan banyak saya lihat pembangunan fisik sangat kental pada program GERDEMA di Kabupaten Malinau, atau karena wilayah ini yang berada di daerah perbatasan, jadi lebih mementingkan infrastruktur ? dan semoga itu sekarang menjadi pilihan yang terbaik dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat desa.
Untuk keberlanjutannya jadikan desa dan masyarakatnya sebagai nafas pembangunan desa untuk Indonesia secara utuh. Ini menjadi inspirasi dan penggugah semangat baru untuk terus berjuang, walaupun saya bukan siapa-siapa. Terima kasih.
Yang muda !!! Mbangun Desa !!!
Yang tua !!! Banguuunnnn !!! (saatnya yang tua terus membangun dengan memberi kepercayaan, motivasi, kesempataan pada kawula muda untuk berani membangun desanya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H