Mohon tunggu...
Kang Isrodin
Kang Isrodin Mohon Tunggu... wiraswasta -

aku anak desa yang punya mimpi,membangun Indonesia dengan memulai dari desa untuk Indonesia, memulai dari park farmer PAKIS wujud dedikasi utk negeri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pentingnya Berfilosofi dalam Hidup?

26 Agustus 2014   14:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:32 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14090141851476968286

[caption id="attachment_320964" align="aligncenter" width="150" caption="filsafat itu indah_seperti bunga_koleksi pribadi"][/caption]

Pentingnya Berfilosofi dalam Hidup ???

Terlalu naïf memang kalau setiap kita yang terlahir tidak mampu berfilosofi atas diri dan hidupnya, ya barangkali pertanyaan mbah djamali pada acara ringan yang di gelar apik di kendal soal sastra dunia maya,ungkap mbah hartono saat saya pertama kali bertemu dalam satu acara di semarang, pria yang sekarang genap usia (65 thn) yang kesehariannya mengelola pondok maos guyub dari bebengan boja Kendal, singkat cerita tentang sastra dunia maya yang digelar dalam agenda rutinan di pondoknya, saat itu efra hadi (seorang penulis) sebagai pemandu dan sekaligus nara sumber, mbah djamali (tokoh agama) yang sekaligus sebagai nara sumber pun malah balik bertanya pada efra hadi, pertanyaannya pada intinya sangat tidak setuju dengan sastra dunia maya karena sastra dunia maya tidak lilla hitangala, dan cerita lucunya ternyata mbah djamali menganggap sastra dunia maya itu kontennya itu soal hal yang ghaib, dan itulah barangkali contoh pentingnya berfilosofi dalam hidup dan kehidupan.

Setiap kita pasti acap kali berfilosofi dalam hidupnya atau dalam tanda kutip mempertanyakan atas dirinya, karena secara sederhana boleh nda she berfilosofi itu juga sama saja dengan bertanya? Artinya menjadi sangat mungkin kan setiap kita mampu dan harus berfilosofi atas dirinya, pekerjaannya, atau secara general semua yang menjadi aktifitasnya setiap hari. Seperti saya atau barangkali sahabat-sahabat kompasianer yang merasa kesulitan seperti saya, soal sukarnya memahami filosofi dewey, kant, atau filosofi socrates, kaitannya dunia pendidikan di Indonesia, kurikulum yang kerap dengan makna filosofi dengan pola pengembangannya, karena pada prinsipnya ketika kita mengajukan sebuah pertanyaan itu sedang berfilosofi, dan bertanya kan tidak pernah berbatas ruang dan waktu, artinya ilmu filosofi itu ilmu serba bisa kan, karena mampu menembus ruang dan waktu yang kadang kita sering terbentur tak mampu menjelajah secara fisik, namun kalau memakai ilmu filosofi kita menjadi mampu dan menembus ruang dimensi yang sebenarnya tak berbatas.

Berawal dari 1 pertanyaan yang kemudian berimbas pada beruntunnya pertanyaan yang terus berkembang, dan pada prinsipnya ketika pertanyaan itu muncul sebenarnya hanya mencari kebenaran atas ketidak tahuannya. Dan kebenaran itu mampu tersibak ketika kita mampu berfilosofi atas apa yang benar-benar terjadi dalam dunia tanpa ambang batas ruang dan waktu.

Prof. Dr.Winarno Surakhmad, MSc.Ed dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Nasional : Strategi dan Tragedi, filosofi diartikan sebagai metode berpikir reflektif mengenai esensi kebenaran dalam kehidupan, dengan batasan itu yang ditekankan bukan bagaimana kita belajar berbagai aliran filosofi, tetapi yang lebih penting dari itu ialah bagaimana kita belajar berfilosofi dan menerapkannya dalam kehidupan, karena tujuan berfilosofi pada umumnya, sebagai aktifitas mental manusia untuk melepaskan diri dari kedangkalan makna kehidupan yang sedang dijalaninya.

Ayo mencoba berfilosofi, apapun aktifitas yang sedang kita jalani, yang pegawai atau yang suka berwirausaha ya walau sekupnya masih kecil, tapi penting lho berfilosofi, kata om bob sadino seorang entrepreneurship dengan gaya selalu mengenakan celana pendek mengatakan, setinggi apapun pangkat atau jabatan yang anda miliki anda tetaplah seorang pegawai, namun sekecil apapun wirausaha yang anda miliki anda adalah BOS-nya.

Dan menjadi penting menurut saya tanpa mengenal apapun profesinya yang penting dalam hidup itu harus bisa berfilosofi, ya memulai kenapa kita dulu tidak ada, kemudian terlahir dan hidup di dunia dengan segala aktifitasnya, lalu nanti kita pun kembali dalam kehidupan sejatinya kelak. Tapi mari kita coba filosofikan hidup kita ibarat orang dengan profesi yang disandangnya sebagai tukan kebun atau taman. Makna filosofi dari tukan kebun soal hidup kita barangkali sangat melekat, ibarat tukan taman pasti yang dilakukan pertama adalah mempersiapkan lahan yang baik, tanaman yang di tanam semua baik, dikelola dengan cara yang baik pula kan ? dan kalau toh taman menjadi tidak baik itu bukan karena tamannya yang jelek atau pohonnya yang tidak baik, tapi mindset manusia itu sendiri, yang tidak mau terbuka, karena maknanya menjadi tukan kebun atau taman bukan selesai pada menyiapkan atau menanam melainkan bagaimana keberlangsungan mengelolanya dan itu butuh pola pikir yang terbuka untuk menciptakan taman yang indah agar terbebas dari gulma-gulma liar yang tanpa ditanam pun tumbuh berkembang bahkan acap kali mampu merusak tamanyang baik.

Orang hidup juga harus belajar berfilosofi dengan benda mati, misalnya jadi orang itu seperti payung parasut yang biasa digunakan penerjun bebas, parasut itu akan memiliki fungsinya ketika payung parasut itu mampu terbuka dan mampu membawa si penerjun itu melayang, artinya begitu juga manusia yang hidup, yang paling penting menurut saya manusia dalam upaya pengembangan hidup dan kehidupannya agar lebih baik, factor yang paling penting adalah pola pikir atau mindset, karena ketika kita mampu terbuka menerima masukan-masukan apapun, ide baru, pergaulan baru, tentunya yang sejalan dengan prinsip yang sedang dijalani, saya kok yakin pikiran-pikiran negative atau gulma-gulma liar yang selalu hadir dalam kehidupan kita pasti mampu kita tanggalkan, dan pada endingnya setiap kita yang hidup pasti akan lebih produktif dalam melakukan pengayaan dan terus melakukan pengembangan hidup lebih penuh makna.

Al-hasil, setiap kita akan lebih mengetahui manusia seperti apakah kita baik cara pandang dalam mempertanyakan hidupnya, pola berpikirnya, atau apa yang dikerjakannya, dan kemudian pertanyaannya termasuk orang yang rasionaliskah kita, pragmatiskah kita, atau materialistic-kah kita, semua akan menjadi penting untuk kita terus mampu berfilosofi bukan hanya untuk bermain logika, memutar otak kita, lalu apakah filsafat kita masuk ada kelompok orang yang memiliki cara pandang filsafat sebagai suatu produk atas problema hidup yang terus kita cari kebenaran sejatinya ? atau masuk kelompok orang yang berfilsafat sebagai suatu proses dalam pemecahan suatu pertanyaan yang selalu melekat pada kehidupan kita.

Dan sejatinya orang hidup, paling tidak harus mau berfilsafat minimal untuk diri dan kesejatian hidupnya, kenapa lahir, dan kenapa hidup, dan kenapa kelak kita akan kembali pada-Nya, karena hidup dan kehidupan ini merupakan sebuah sistem ilmu pengetahuan yang begitu dinamis untuk kita perjuangkan sampai dinding-dinding pembatas ruang dan waktu akan terbuka menganga lebar untuk terus kita selami lebih dalam, sehingga proses ontology (yang ingin diketahui), dan bagaimana kemudian cara yang digunakan untuk mengetahui epistemology, lalu kemudian apakah ilmu yang kita pelajari akan berdampak pada diri dan hidup kita aksiologi, dan karena semua kita yang hidup harus terus berfilosofi untuk mencari pembenaran atas kebenaran yang hakiki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun