Mohon tunggu...
Kang Isrodin
Kang Isrodin Mohon Tunggu... wiraswasta -

aku anak desa yang punya mimpi,membangun Indonesia dengan memulai dari desa untuk Indonesia, memulai dari park farmer PAKIS wujud dedikasi utk negeri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bonus Demografi Ancam Desa Tenggelam?

29 Agustus 2014   16:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:11 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409277830524836647

[caption id="attachment_321403" align="aligncenter" width="150" caption="Pelatihan Otomotif Mobil di puslatdikjur pulo gadung_koleksi pribadi"][/caption]

Urbanisasi Besar-Besaran ???

Seberapa bonus yang akan kita dapatkan ? atau sudahkah kita berinvestasi sejak dini ? jangan-jangan kita belum siap untuk dapat bonus demografi ! dan yang paling penting mari mencoba terus berfilosofi untuk mencari kebenaran sebenar-benarnya, dan karena seringkali kita dihadapkan peluang tidak mampu ambil bagian, bisa karena menunggu ada peluang ke 2 dan seterusnya atau barangkali terlalu apatis dengan kondisi yang ada yang penting perut sendiri kenyang, semoga yang baca tulisan ini bukan termasuk di dalamnya.

Apa itu bonus demografi ? dari berbagai sumber saya coba artikan sebagai berikut, bonus demografi pada prinsipnya Negara kita akan kebanjiran penduduk dengan usia yang produktif, atau dalam kata lain jumlah penduduk yang usia udur sudah diambang pintu surga dan secara kwantitas lebih sedikit prosentasenya dari total jumlah penduduk di Indonesia.

Lalu berbicara bonus demografi juga ngomongin peluang dan tantangan bahkan ini bisa saja menjadi ancaman yang harus serius kita perhatikan mulai dari lingkungan kita sendiri, ya mulai dari desa, dengan mencoba meretas kondisi sekarang, kemudian kondisi kota yang sekarang identik dengan dunia kerja karena menurut para mereka generasi produktif sekarang desa begitu tidak menarik dengan kata lain tidak ada lapangan pekerjaan, padahal kebalikannya, desa dengan segala persoalan dan peluannya kalau dibenahi betul, minimal penduduk desa itu sendiri mamu respect untuk sedikit saja berbuat untuk keberlanjutan desa dengan segala komponen yang ada mampu berdaya dan mampu membangun berkelanjutan.

6 tahun kedepan kita akan di pintu gerbang kemerdekaan dalam kontek dunia yang harus lebih produktif, itupun kalau kita mau mulai ancang-ancang ambil start mulai dari sekarang, Berdasarkan paparan Surya Chandra, anggota DPR Komisi IX, dalam Seminar masalah kependudukan di Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bahwa jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya 60 juta.

Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.

Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020.

Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersedian lapangan pekerjaan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030?

Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar internasional?

Hal itu juga diungkapkan peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Sukamdi, MSc, di auditporium PSKK UGM, Kamis (12/6/2014). "Kondisi ini sangat menguntungkan, masyarakat akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak," katanya. Menurut dia, bonus demografi terjadi karena penurunan fertilitas dan mortalitas dalam jangka panjang yang mengakibatkan terjadi perubahan struktur umur penduduk. Penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak. Hal itu terlihat dari keberhasilan program KB. Adanya penurunan kematian bayi juga akan meningkatkan jumlah bayi yang terus hidup dan mencapai usia kerja.

Namun, keuntungan tersebut bisa juga menjadi sebuah tantangan terbesar bangsa ini. Kualitas sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan. Salah satu upayanya adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. "Jangan sampai bonus demografi menjadi bencana demografi, maka dari itu LPDP dibentuk untuk mencegah bencana tersebut," ungkap Daniel Hutabarat (Teknik Sipil 2006). Pada Jumat (22/08/14), ITB berkesempatan menggelar diskusi bersama peraih Beasiswa Lembaga Pegelola Dana Pendidikan (LPDP) Alumni ITB untuk menyosialisasikan informasi mengenai beasiswa tersebut dengan tajuk 'Menyiapkan Pemimpin Masa Depan menjadi Lokomotif Kemajuan Bangsa yang Berdemokrasi, Adil, dan Berinovasi'.

Pada tahun 2030 kelak, Indonesia akan membutuhkan sebanyak 113 juta tenaga kerja terdidik. Sedangkan kini, Indonesia hanya memiliki sekitar 55 juta. Tenaga kerja terdidik tersebut akan mengelola peluang pasar yang berkembang di Indonesia seperti bidang jasa, pertanian, industri, pertambangan, dan lainnya. Jika dibandingkan dengan negara lain, jumlah penduduk Indonesia yang berpendidikan tinggi hingga jenjang S3 masih terbilang rendah. Tidak dipungkiri jika dalam beberapa program dan proyek, Indonesia masih mengandalkan tenaga kerja asing. Hal-hal tersebut menjadi tantangan bangsa untuk mewujudkan percepatan pembangunan perekonomian. Jika bonus demografi tersebut tidak dipersiapkan dengan baik semenjak dini, perekonomian Indonesia tentu akan tertinggal.

Memakai ilmu sederhana ya ilmu kepekaan sosial, bukan dengan metode saintifik, karena saya bukan ahlinya, sederhananya kemudian bonus demografi bisa berakibat fatal buat desa-desa di Indonesia, dan terancam menumpuknya urbanisasi karena semua masyarakat desa akan berbondong-bondong pergi ke kota untuk mencari bahkan menjadi kuli dan bekerja, lau dampak yang langsung dirasakan oleh desa di Indonesia bisa menjadi lebih parah dari sekarang, karena SDM yang memiliki life skill lari dari ibu pertiwi hanya berburu sesuap nasi.

Mari berinvestasi, menanam dengan mencoba ikut andil dan ambil bagian untuk berbagi kepedulian memulai dari lingkungan terdekat kita (desa) karena desalah penentu kota menjadi ada dengan perangkat kerasnya. Namun kemudian bukan berarti desa yang kemungkinan mulai tahun 2014 juga akan di suntik budget dari APBN kita, dengan batasan 700 juta sampai 1,4 milyar katanya, dan itu pasti juga akan berdampak bukan hanya terpenuhinya segala fasilitas public di lingkungan desa, tapi di lain sisi juga masyarakat desa akan dimanjakan dan itu akan berakibat rasa kepekaan sosial akan terkikis.

Terhitung 2 bulan dan 4 bulan yang akan datang, kami juga sudah memulai mempersiapkan generasi produktif untuk lebih memiliki kapasitas, ketrampilan yang sekarang menjadi satu modal kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan di dunia otomotif mobil. Pelatihan yang dihelat oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat “Plant Indonesia” yang menggandeng apik pemprov DKI Jakarta, Puslatdikjur, Hyundai, Koica, pendidikan dan pelatihan otomotif yang di gelar di kawasan industry pulo gadung Jakarta ini kita mendapatkan kepercayaan untuk mendelegasikan 100 anak-anak desa usia 18-24 tahun, dan komitmen penyelenggara semua akan dijembatani untuk bisa langsung produktif dan ada yang mau berwirausaha secara kelompok. Diklat otomotif diberikan secara Cuma-Cuma gratis dan mendapatkan fasilitas asrama, makan dan mendapatkan sertifikat, dan perkembangan saat ini sebagian peserta sudah mulai proses pemagangan diberbagai perusahaan otomotif, dan ada 2 anak dari kabupaten banyumas lolos seleksi untuk training di Malaysia dan nanti akan ditempatkan kerja di Kalimantan.

Jadi, jangan biarkan bonus demografi mengancam desa menjadi tenggelam, "Artinya mulai sekarang, anak-anak harus meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara optimal, dan yang menjadi penting harus memiliki kapasitas di bidang ketrampilan vokasional"sehingga nanti ketika kita dihadapkan dengan istilah bonus demografi, generasi kita tidak hanya searching pekerjaan dan melakukan urbanisasi besar-besaran, melainkan mampu membuat lapangan pekerjaan untuk diri dan lingkungan dan tentunya untuk Indonesia lebih hebat nantinya.

http://news.detik.com/read/2014/06/12/225936/2606875/10/2/2020-indonesia-alami-bonus-demografi

http://seronokcat.wordpress.com/planologi-2/kependudukan/bonus-demografi-bonus-demografi-jadikan-berkah-singkirkan-bencana/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun