Mohon tunggu...
Kang Isrodin
Kang Isrodin Mohon Tunggu... wiraswasta -

aku anak desa yang punya mimpi,membangun Indonesia dengan memulai dari desa untuk Indonesia, memulai dari park farmer PAKIS wujud dedikasi utk negeri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wajib Belajar Seumur Hidup, Bukan 9/12 Tahun

17 Mei 2016   13:22 Diperbarui: 17 Mei 2016   16:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat-kah? bahwa dunia pendidikan kita itu memiliki 3 wajah yang unik. Pendidikan Formal, dimana sampai saat ini perhatian pemerintah luar biasa, khususnya dalam mengejar bagaimana pendidikan formal itu sesuai dengan 8 standar nasional pendidikan yang ada, namun bagaimana out putnya? 

Yang kedua, pendidikan non formal atau banyak orang mengenal pendidikan luar sekolah, kenapa diluar? karena sebenarnya pendidikan non formal identik bagaimana pendidikan itu out of box khususnya siapa yang harus belajar dan saling membelajarkan satu sama lain. yang ketiga, pendidikan informal atau menurut saya pendidikan yang diawali dari lingkungan keluarga, bentuknya bagaimana? Mohon maaf sampai saat ini saya belum ngerti nasibnya mau seperti apa?

Menjadi miris, kalau kita hanya terus berpikir saja, menjadi empati karena kita mau berbagi satu sama lain, kali ini saya hanya kepengin cerita dunia pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah.

Pendidikan Merupakan pengajaran yang menyangkut soal bagaimana terjadinya proses transfer ilmu pengetahuan atau teori. Pengajaran itu soal bagaimana belajar tentang, sedang pendidikannya merupakan proses pembelajaran yang bertujuan bagaimana bisa belajar menjadi, karena dengan pembelajaran memungkinkan orang untuk memilih dari tidak mampu menjadi mampu, tidak berdaya menjadi sumber daya.

Nyalakan pelita-terangkan cita-cita, merupakan tema hari pendidikan nasional tahun ini, dengan penuh harap tentunya, bukan sekedar slogan atau untaian kata yang indah dan enak dibaca.

Agama memang sudah mengajarkan, bahwa belajar itu sepanjang hayat, namun persoalan dimasyarakat kita adalah belum terbangunnya sebuah ekosistem yang utuh, guna memberikan pembelajaran dan pengajaran bahwa pendidikan itu penting, belajar itu harus, ya belajar itu kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja.

Mungkin-kah, ketidakpercayaan itu ada pada elemen pemerintah dengan dunia persekolahan kita? sistem evaluasi pendidikan kita yang saat ini memang sudah tidak lagi menggantungkan pada proses akhir (ujian nasional), melainkan dunia persekolahan kita saat ini semakin diberi ruang yang bebas untuk membohongi diri sendiri dan pemerintah tentunya.

Pasalnya, tidak ada sekolah atau lembaga pendidikan manapun yang menginginkan anak didiknya tidak lulus, itu artinya apa? Jelas bahwa penyelenggara dan objek dari dunia pendidikan itu sendiri pun sekarang terlalu menganggap remeh, khususnya soal menghadapai ujian nasional.

Kalau saya, lebih menganggap bahwa pendidikan itu adalah proses pengajaran bagi peserta didik atau warga belajar mampu memahami proses yang diikuti, bukan sekedar mendapatkan nilai dengan predikat lulus.

Yang harusnya tetap dijaga dari ujian nasional adalah kearifan lokal ujian itu sendiri, bagaimana nuansa ujian itu dimaknai bagian dari proses pengajaran yang menyenangkan untuk tetap dihadapi sebagai proses ujian hidup dalam dunia pendidikan.

3 hari kedepan, dunia pendidikan non formal-pun sedang sedikit dihadapkan pada ketidakpercayaan atas semua yang terlibat didunia pendidikan non formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun