Mohon tunggu...
Humaniora

Banyak Guru yang Harus Dihentikan

29 Mei 2016   04:33 Diperbarui: 29 Mei 2016   07:17 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia pendidikan hari ini sangatlah memprihatinkan. Peran dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik pun semakin dipertanyakan. Sehingga merupakan hal perlu diperhatikan, jika banyak guru yang harus dihentikan. Mengapa harus guru yang dipermasalahkan? Mengapa harus guru yang terpojokkan? Sampai kemudian mereka harus dihentikan…

Sampai tahun 1990-an, anak-anak begitu hormat kepada kedua orang tua dan guru-gurunya. Saat itu, anak-anak akan melakukan apa pun yang dikatakan oleh gurunya. Mereka juga akan menjauhi segala apa yang dilarang gurunya. Walhasil mereka sangat taat dan patuh terhadap gurunya. Demikian pula terhadap kedua orang tuanya. Mereka sangat "memuja"-nya. Tidak hanya ketika bersama keduanya, mereka akan selalu mengingat apapun yang dikatakan oleh kedua orang tuanya. Kapan pun dan di mana pun. Yah... saat itu hanya sebagian kecil anak saja yang tidak menuruti kehendak orang tuanya.

Namun, lambat laun "keindahan" itu mulai luntur. Akhlak anak-anak semakin hari semakin mundur. Gaya hidup mereka pun terasa semakin ngelantur. Pergaulan mereka kian hari kian hancur. Saat ini, tak sedikit anak yang membuat orang tuanya hancur. Padahal kehidupannya tergolong makmur. Apa pun yang dilakukan anaknya, orang tua sudah tidak bisa menegur. Guru yang mendidik apa lagi, hampir sudah tak dianggap sebagai figur. Yah... saat ini seorang guru sudah tidak lagi dianggap sebagai figur yang pembicaraannya manjur.

Perbedaan kedua fenomena di atas, tentu bukan tanpa sebab dan alasan yang jelas. Bukan juga sebuah sinyalemen penurunan kualitas. Namun perlu perhatian yang lebih luas, serta penanganan secara tuntas. Agar anak-anak kita, generasi penerus bangsa ini, tidak lagi “mengkonsumsi” ilmu yang tak jelas. Sehingga mereka bertingkah bebas, bahkan cenderung “buas”.

Dulu guru yang mengajar dan mendidik anak-anak kita, serta mempengaruhi hidup dan kehidupan anak-anak kita, hanyalah sebatas orang tua, guru-guru di sekolah, dan guru atau ustadz pengajar ngaji di masjid-masjid dan musholla. Hampir tidak akan kita temukan orang tua, guru di sekolah, dan para ustadz di musholla atau madrasah yang mengajari, mendidik, serta memberi suri tauladan negatif kepada anak-anak kita. Saat itu, anak-anak kita begitu hormat dan patuh kepada orang tuanya. Demikian pula terhadap guru-gurunya, mereka akan sangat segan ketika bertemu. Yah… anak-anak kita akan mengingat dan melaksanakan pesan-pesan dari orang tua dan guru-guru mereka, kapan pun dan di manapun mereka berada.

Namun sekarang, keadaan sudah sangat berbeda. Kemajuan teknologi sudah semakin nyata. Saat ini, begitu banyak “guru” yang mengajari dan mempengaruhi hidup dan kehidupan anak-anak kita. Tayangan televisi semakin tak terkendali. Media sosial semakin mereka “liar”. Pergaulan anak-anak kita pun semakin tidak karuan. Oleh karenanya, “guru-guru” yang seperti ini harus segera dihentikan… demi masa depan anak-anak kita dan bangsa ini…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun