Mohon tunggu...
Politik

Protes Keras Masyarakat Terhadap Aksi Semen Cor Kaki Perempuan Rembang

17 Maret 2017   16:33 Diperbarui: 18 Maret 2017   00:53 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: tempo.co

Aliansi Perempuan Rembang Bangkit (APRB) memprotes keras aksi semen kaki yang dilakukan sejumlah warga yang mengklaim mewakili masyarakat Rembang. Aksi cor semen sulit diterima oleh akal sehat. Bukan masalah pro atau kontra, melainkan aksi semen kaki apalagi dari kaum hawa ini sudah kelewatan atau sangat ekstrem.

Rangkaian aksi ini dipimpin langsung oleh Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Joko Prianto. Tujuanya tidak lain adalah untuk meminta pemerintah mencabut izin lingkungan yang baru diterima PT Semen Indonesia dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Alasan mereka juga kembali didasarkan pada keberlangsungan alam setempat. Padahal, beberapa forum kajian lingkungan strategis yang telah dilakukan tidak menunjukkan dampak kerusakan alam yang dimaksud.

Atas hal ini, protes keras dilayangkan APRB di hadapan publik lantang menyerukan kesadaran semua pihak terkait kondisi para perempuan yang kakinya terkukung semen tersebut. Simpati dan empati atas kesehatan mereka adalah alasan yang kuat untuk menolak aksi semen kaki oleh para ibu-ibu Kendeng tersebut.

Pelibatan perempuan dalam aksi cor kaki ini sangat berisiko. Triningsih, salah satu perwakilan dari APRB menyatakan prihatin dan kasihan terhadap ibu-ibu karena aktivitas diri ibu-ibu tersebut akan terganggu untuk tidur, mandi dan buang air kecil atau besar. "Kita tidak berbicara terhadap sikap pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang. Namun yang sangat miris di hati saya, dan pada umumnya kaum hawa adalah model penyampaian pendapat yang menurut saya tidak menggambarkan perilaku perempuan yang sebenarnya, dan terkesan ada eksploitasi perempuan," tutur Triningsih yang dilansir dari salah satu media online.

Pemerhati anak dan perempuan Roostien Ilyas kepada wartawan di Jakarta pada hari Selasa lalu juga menyoroti hal yang sama. Baginya, aksi semen kaki ini tidak etis dan sangat terbalik dengan cita-cita Kartini. Saya sepakat dengan masyarakat yang menyatakan hal ini adalah bentuk eksploitasi bagi seorang perempuan, bahkan perlu diketahui kita bersama bahwa aksi menyemen kaki bisa mengganggu reproduksi seorang perempuan, sehingga berdampak sulit dalam mempunyai keturunan.

"Kalau pilihan mereka dalam aksi harus dengan menyemen kaki kenapa pelakunya harus perempuan. Ini bagian dari eksploitasi perempuan dan saya sangat menyayangkan hal ini, padahal masih banyak cara-cara lain," ujar Roostien disalah satu wawancaranya ke media nasional. Bagaimanapun juga, aksi protes apapun bisa didahului dengan diskusi dan ditinjau dari berbagai aspek. Bukan hanya aspek sosiologis sebagai cara yang dipakai dalam menyalurkan aspirasi tetapi juga aspek medis psikologis.

Saya pribadi memandang atas terulangnya kembali aksi semen kaki ini sanagt menolak keras. Perjuangan aspirasi dan kepentingan dengan segala cara yang dapat dilakukan tidak semestinya mengorbankan kewajiban, hak, kesehatan, diri bahkan nyawa seseorang, apalagi dalam hal ini adalah perempuan.

Saat ini diketahui pulai APRB telah melaporkan aksi ini ke Bareskrim Polri. APRB menduga ada aktor intelektual yang menggerakkan aksi ini. Selain bukti-bukti yang sudah dipegang, APRB juga sudah bertemu Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Bareskrim Rita Wulandari Wibowo. Semoga proses hukum yang ditempuh dapat membuahkan solusi akhir dari permasalah aksi tolak semen yang sudah bertahun-tahun lamanya ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun