Setiap tahun menjelang bulan suci Ramadan, berbagai tradisi unik mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.Â
Salah satunya yaitu tradisi Nyekar di Ngawi Jawa Timur. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi leluhur yang telah meninggal dan sebagai salah satu cara untuk menyambut buan Ramadan yang penuh berkah dengan hati yang bersih dan suci.
Latar Belakang Tradisi
Tradisi nyekar di Ngawi, seperti di banyak daerah lain di Jawa, memiliki akar yang mendalam dalam budaya Jawa yang menggabungkan nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal. Masyarakat Ngawi percaya bahwa menjelang bulan Ramadan, adalah waktu yang tepat untuk mengenang dan mendoakan arwah para leluhur agar mereka mendapatkan kedamaian di alam baka, sekaligus sebagai sarana untuk membersihkan diri dari segala bentuk kesalahan dan dosa.
Prosesi Nyekar
Prosesi nyekar di Ngawi dilakukan dengan penuh kesederhanaan namun sarat makna. Masyarakat akan berkunjung ke makam leluhur, membersihkannya dari rumput liar dan kotoran, kemudian menaburkan bunga, serta membakar dupa sebagai simbol penghormatan dan doa. Tidak jarang, mereka juga membaca doa bersama, ziarah kubur, dan memberikan sedekah kepada yang membutuhkan di sekitar area pemakaman.
Salah satu ciri khas nyekar di Ngawi adalah kebersamaan dan gotong royong antar warga. Mereka saling membantu dalam membersihkan makam, baik makam keluarga maupun makam warga lain yang tidak memiliki keluarga atau kerabat dekat di daerah tersebut. Hal ini mencerminkan nilai kekeluargaan dan kepedulian sosial yang kuat di antara masyarakat.
Makna Spiritual dan Sosial
Tradisi nyekar tidak hanya sekedar ziarah kubur menjelang Ramadan, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Ini adalah waktu untuk refleksi diri, introspeksi, dan memohon ampunan atas segala kesalahan, baik kepada Allah SWT maupun kepada arwah para leluhur yang telah mendahului. Masyarakat Ngawi memandang tradisi ini sebagai jembatan penghubung antara yang hidup dan yang telah meninggal, sekaligus sebagai sarana untuk menjaga silaturahmi antara sesama anggota masyarakat.
Secara sosial, nyekar menjelang Ramadan juga berfungsi sebagai momentum untuk memperkuat tali persaudaraan dan kesatuan komunitas. Melalui tradisi ini, nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan gotong royong terus dipupuk dan dijaga, memastikan bahwa kearifan lokal terus hidup dan berkembang di tengah-tengah perubahan zaman.