BakSos Puldu
Ujian semester satu telah berlangsung, bukan hanya lega telah melewati minggu ujian, namun juga, gugup untuk melihat nilai hasil usaha kami di minggu ujian. Satu-persatu nilai keluar, fisika, matematika, bahasa inggris, pkn, ekonomi, dan salah satu pelajaran yang sedikit menghantui para siswa siswi SMA N 16 sosiologi yang diajarkan oleh Pak Wahyu Munanto, S.Pd.
Pak Wahyu mulai memberikan tugas perbaikkan nilai akhir, yaitu mengadakan bakti sosial ke pesantren atau panti asuhan.
Mengeluh.
Ya, itu lah yang kami lakukan sebelum menjalankan tugas ini. Mengeluh, menggerutu, menyesal, dan segala macam sifat keluar untuk mengekspresikan keadaan saat itu. Namun, walaupun kami mengeluh, kami tetap menjalankan tugas ini. Walaupun dengan wajah sedikit menekuk kesal.
Sebelum ke topik utama, saya ingin menjelaskan apa itu bakti sosial atau yang lebih dikenal baksos. Bakti sosial adalah rasa keinginan atau kemauan seorang manusia untuk membantu manusia lainnya. Dengan bakti sosial ini kita dapat mengeratkan tali silaturahmi kepada masyarakat sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan dari kita.
Tujuan dari bakti sosial sendiri yaitu:
- Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana aktualisasi diri siswa untuk membantu sesama.
- Memberi motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran dalam meningkatkan wawasan.
- Mempererat hubungan kekeluargaan antara siswa dengan masyarakat.
Bakti sosial sendiri merupakan salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat, selain untuk menyadarkan kita bahwa banyak sekali orang terdekat dan sekitar kita yang membutuhkan bantuan dari kita. Memberi baju layak pakai kepada korban bencana alam, mengajarkan hal baru di pedalaman desa, menghibur anak-anak jalanan, merupakan beberapa contoh bakti sosial.
Beberapa siswa X-2 mencari panti asuhan atau pesantren yang tepat, lalu, salah satu teman dari X-2 (Azizah Nur Ramdhantika) pun me-rekomendasikan pesantren di dekat rumahnya(Pesantren Miftahul Huda). Akhirnya kami menuju pesantren yang dimaksud Azizah. Melihat keadaan pesantren yang bisa dibilang kurang indah dipandang dengan kandang kambing didepan pesantrennya membuat kami, saya khususnya, merasa iba.
Saya sendiri masih banyak sekali permintaan kepada orang tua, yang bisa dibilang, tidak masuk kedalam kategori kebutuhan. Kalau tidak dituruti akan menggerutu yang membuat telinga panas. Sedangkan mereka, dengan keadaan yang seperti itu, masih bisa menunjukkan senyum dan keikhlasannya kepada kami yang saat itu mengecek tempat yang dijadikkan objek.
Muhammad Idrus Syaifullah, Mochammad Rezza Mahendra, Steven Hizkia, Azizah Nur Ramadhantika, sebagai pengurus acara inti masuk ke ruang penerimaan tamu di gedung bagian kiri. Saya sendiri kurang tau apa yang mereka bicarakan, tapi, yang pasti membicarakan acara ini. Idrus memberi tahu anak kelas, kalau pesantren ini kurang ATK(alat tulis kerja). Akhirnya digroup yang dibuat di LINE, Idrus memberi pengumuman kalau iuran Rp.50.000,00 setiap orang dan bagi yang mempunyai baju bekas layak pakai juga bisa dibawa.