Mohon tunggu...
Sekarningrum Dyah Nareswary
Sekarningrum Dyah Nareswary Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang tertarik akan lingkungan.

Environmental Friendly for saving the earth

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumi Pertiwi Sekarat, Salah Siapa?

8 Mei 2021   22:56 Diperbarui: 8 Mei 2021   23:16 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita selalu ingat memberi hal - hal baik ke manusia, namun apakah kita ingat bahwa kita perlu memberi kepada bumi?

Tanahnya kau keruk, pohonnya kau tebang, hutannya kau bakar. Lalu apa yang sudah kita beri kepada bumi sebagai timbal balik. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling beruntung akan sumber daya alamnya dibandingkan dengan negara lainnya. Semua keanekaragaman hayati tersedia di sini untuk kita manfaatkan, namun apakah kita pernah mengembalikan semua yang ia kasih secara cuma - cuma?

Kinipan salah satu bukti bahwa bumi pertiwi sedang tidak baik - baik saja. Hasil film documenter yang berjudul "Kinipan" membawa bukti mengenai keserakahan para manusia. Ketika pemerintah member perizinan untuk pembebasan hutan di Kalimantan bagi para pengusaha -pengusaha sawit, tidak hanya itu bahkan hutan itu dikeruk hanya untuk keuntungan para penambang.

Ketika Kalimantan kehilangan sebagian hutan -hutannya, maka itu berdampak pula bagi satwa - satwa yang ada di dalamnya. Jutaan pohon ditebang sehingga para satwa pun kehabisan makanan. Bahkan pada salah satu bagian film dokumenter kinipan memperlihatkan bagaimana beberapa spesies orang utan yang mati karena pohon -pohon yang seharusnya menjadi makanan utama mereka ludes habis terbakar dan tertebang begitu saja.

Para pengusaha sawit yang kini hampir mendominasi perhutanan di Kalimantan pun menjadi salah satu faktor pendorong kekeringan yang berdampak akan terjadinya kebakaran hutan besar - besaran pada musim kemarau. 

Kemudian para hewan - hewan baik endemik maupun non endemik yang sudah hampir punah keberadaannya pun masih menjadi sasaran pemburuan, seperti Harimau Sumatera yang hanya tersisa 400 ekor di Sumatera masih menjadi sasaran empuk para pemburu untuk dikuliti. Selain menurunnya populasi Harimau Sumatera, hal ini berdampak bagi para petani yang memiliki lahan yang sering sekali diganggu oleh babi hutan karena merosotnya populasi pemburu utama dari babi hutan tersebut membuat membeludaknya populasi babi hutan. Dampak lain yang disebabkan oleh pemburuan liar ini membuat rantai makanan pun perlahan kian kacau.

Jadi jika kita lihat dari beberapa dampak yang membuktikan bahwa bumi pertiwi ini sedang tidak baik - baik saja, siapa yang bertanggung jawab atas ini semua?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun