Pendaftaran mahasiswa baru selalu ada yang melalui jalur bidikmisi. Jalur ini sangat diminati karena mendapatkan pembiayaan penuh selama kuliah. Jalur pendaftaran ini tentu saja sangat membantu karena memang sasarannya adalah mahasiswa yang berangkat dari keluarga sederhana, sehingga mereka tetap dapat menempuh pendidikan kuliah dengan layak bahkan dengan biaya kuliah sangat terjangkau. Pada prakteknya jalur bidikmisi ini terdapat ketidak sesuaian dengan tujuan diadakannya jalur tersebut.
Memang biaya kuliah tidak menjadi perkara yang mudah bagi semua mahasiswa mengingat keadaan latar belakang keluarga yang berbeda-beda, sehingga mengakibatkan kemampuan finansial yang beragam pula. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan mengikuti jalur bidikmisi, dimana biaya kuliah sepenuhnya akan ditanggung. Tentunya dengan salah satu ketentuannya yaitu mempertahankan nilai IPK diatas 3.00. IPK tentu saja bisa kita usahakan, yang menjadi permasalahan kini adalah penerima beasiswa Bidikmisi yang tidak sesuai tujuan. Banyaknya mahasiswa peminat jalur ini dan dibarengi dengan tidak 'berkaca' pada kemampuan sendiri sehingga mengakibatkan mahasiswa penerima beasiswa tersebut terlihat tidak seperti seharusnya.
Mahasiswa yang berangkat kuliah dengan mobil, mempunyai gadget lengkap dan terbaru dan sering liburan ternyata mendapatkan program beasiswa Bidikmisi. Sedangkan mahasiswa yang keadaannya jauh lebih sederhana justru tidak mendapatkan hak tersebut. Hal ini banyak terjadi di universitas dan menjadi sorotan para kawan mahasiswa yang lain. Merasa tidak adil tentu pasti, tetapi jika hanya satu suara yang diangkat tentu tidak akan membawa perubahan. Ketimpangan ini yang menjadi bahan bakar para mahasiswa yang peduli dengan keadaan sekitarnya.
Memanfaatkan program beasiswa apapun itu tentu saja menjadi hak bagi setiap mahasiswa. Tetapi perlu juga kita berkaca apakah kita pantas mendapatkan kesempatan tersebut? Apakah memang kita memerlukan kesempatan tersebut? Atau semata-mata hanya supaya kita bisa meluangkan uang bulanan kuliah untuk foya-foya? Hanya kejujuran dari nurani kita yang bisa menjawab sebelum akhirnya keadaan yang menghakimi.
